Memasuki abad ke-20, ditemukan penemuan-penemuan baru tentang biologi
molekular. Pada awal abad ini pula, diketahui bahwa setiap makhluk
hidup menggunakan DNA dan RNA untuk menyimpan dan metransfer informasi
genetiknya, bahwa setiap makhluk hidup menggunakan kode genetik yang
sama untuk membuat proteinnya. Pada saat itu pula, para ilmuwan-ilmuwan
di bidang teknologi ini, berpikir mengenai bisa tidaknya materi gen ini
dimanipulasi sedemikian rupa sehingga bisa didapatkan DNA dan RNA yang
sifat genetiknya sesuai dengan yang kita inginkan. Kemudian munculah
pertanyaan-pertanyaan seperti :
- Bisakah kita mentransfer suatu gen dari satu makhluk hidup ke dalam makhluk hidup lainnya dan gen tersebut bisa hidup di dalam tubuh makhluk tersebut?
- Apa kita bisa menggabungkan dua gen menjadi satu?
- Bisakah kita mengidentifikasi seseorang berdasarkan keunikan DNAnya?
- Bisakan perubahan DNA memberitahukan kita fakta-fakta tentang evolusi?
- Bisakah kita mempelajari DNA dan melihat DNA mana yang nantinya akan bermutasi menjadi penyakit?
- Bisakah kita mengidentifikasi mikroba berdasarkan genetikanya?
- Bisakah kita merekap ulang suatu DNA dari organisme dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga organisme tersebut dapat berguna bagi manusia?
Jawaban dari semua pertanyaan diatas adalah Bisa. Namun, sebelum
pertanyaan-pertanyaan ini dijawab, cara untuk memanipulasi DNA harus
ditemukan. Sebenarnya, hal ini bukan merupakan tantangan yang sulit,
karena pada dasarnya, DNA itu sendiri selalu dimanipulasi oleh alam. DNA
tersebut di-copy, dipotong, kemudian ditanamkan lagi berulang-ulang dalam suatu sel hidup. Nature agents (zat alam yang berperan) dalam proses ini tidak lain adalah enzim.
Teknologi DNA Rekombinan atau sering disebut juga rekayasa genetika
adalah suatu ilmu yang mempelajari mengenai pembentukan kombinasi materi
genetik yang baru dengan cara penyisipan molekul DNA ke dalam suatu
vektor sehingga memungkinkannya untuk terintegrasi dan mengalami
perbanyakan dalam suatu sel organisme lain yang berperan sebagai sel
inang. Manfaat rekayasa genetika ini adalah mengisolasi dan mempelajari
masing-masing gen tentang fungsi dan mekanisme kontrolnya. Selain itu,
rekayasa genetika juga memungkinkan diperolehnya suatu produk dengan
sifat tertentu dalam waktu lebih cepat dan jumlah lebih besar daripada
produksi secara konvensional.
Ada beberapa bagian terpenting yang selalu digunakan dalam rekayasa
genetika.Yang pertama adalah enzim seluler dan yang kedua adalah vektor.
Hal tersebut akan dibahas sebagai berikut:
1. Cellular Enzymes / Enzim seluler
Enzim yang dipakai oleh orang-orang bioteknologi dalam memanipulasi
DNA diantaranya adalah enzim Endonuklease, yaitu enzim yang mengenali
batas-batas sekuen nukleotida spesifik dan berfungsi dalam proses restriction atau pemotongan bahan-bahan genetik. Penggunaan enzim ini yang paling umum antara lain pada sekuen palindromik. Enzim ini dibentuk dari bakteri yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menahan penyusupan DNA, seperti genom bacteriophage.
Ada juga DNA polimerisasi, yaitu enzim yang biasa dipakai untuk meng-copy DNA.
Enzim ini mengsintesis DNA dari sel induknya dan membentuk DNA yang
sama persis ke sel induk barunya. Enzim ini juga bisa didapatkan dari
berbagai jenis organisme, yang tidak mengherankan, karena semua
organisme pasti harus meng-copy DNA mereka.
Selain DNA polimerisasi, ada juga enzim RNA polimerisasi yang
berfungsi untuk ’membaca’ sekuen DNA dan mengsintesis molekul RNA
komplementer. Seperti halnya DNA polimerisasi, RNA polimerisasi juga
banyak ditemukan di banyak organisme karena semua organisme harus
’merekam’ gen mereka
Selanjutnya yang akan dibahas adalah enzim DNA ligase. Enzim DNA
ligase merupakan suatu enzim yang berfungsi untuk menyambungkan suatu
bahan genetik dengan bahan genetik yang lain. Contohnya saja, enzim DNA
ligase ini dapat bergabung dengan DNA (atau RNA) dan membentuk ikatan phosphodiester baru antara DNA (atau RNA) yang satu dengan lainnya.
Kemudian, ada pula enzim reverse transcriptases yang berfungsi membentuk blue-print dari
molekul RNA membentuk cDNA (DNA komplementer). Enzim ini dibuat dari
virus RNA yang mengubah genom RNA mereka menjadi DNA ketika mereka
menginfeksi inangnya. Enzim ini biasa dipakai ketika bertemu dengan gen
eukariotik yang biasanya terpisah-pisah menjadi potongan kecil dan
dipisahkan oleh introns dalam kromosom.
2. Natural Vectors / Vektor natural
Sebagai salah satu cara untuk memanipulasi DNA di luar sel, para
ilmuwan dalam bioteknologi harus bisa membuat suatu tempat yang
keadaannya stabil dan cocok dengan tempat DNA yang dimanipulasi. Sekali
lagi, alam telah memberikan solusi dari masalah ini. Vektor disini bisa
diartikan sebagai alat yang membawa DNA ke dalam sel induk barunya.
Agar suatu metode dalam rekayasa genetika dianggap berhasil, di dalam
vektor, DNA hasil rekombinan seharusnya benar-benar hanya dibawa
setelah sebelumnya DNA rekombinan digabungkan dengan DNA vektor melalui
enzim ligase. Namun di dalam vektor, DNA rekombinan tidak termutasi
lagi membentuk DNA dengan sifat baru. Contoh dari vektor natural dari
alam adalah plasmid dan virus atau bacteriophage.
Kloning
Kloning berasal dari kata ‘klon’ dari bahasa Yunani yang berarti
tunas muda. Pada dasarnya kloning adalah teknik penggandaan gen yang
menghasilkan turunan yang sama sifat baik dari segi hereditasnya maupun
penampakannya. Dari referensi lainnya, dikatakan kloning adalah
penggunaan sel somatik makhluk hidup multiseluler untuk membuat satu
atau lebih individu dengan materi genetik yang sama atau identik. Sumber
lainnya lagi mengatakan bahwa kloning adalah teknik perbanyakan sel,
jaringan atau organisme secara aseksual, bias melibatkan dua induk atau
satu induk. Sehingga dapat disimpulkan,, bahwa kloning adalah suatu cara
atau teknik yang menggunakan sel somatik makhluk hidup untuk membentuk
turunan baru baik dari satu induk maupun dua induk yang turunannya
memiliki materi genetik yang sama sifat baik dari segi hereditas maupun
penampakannya yang prosesnya merupakan suatu bentuk reproduksi aseksual.
Tahapan-tahapan dalam mengkloning suatu gen adalah sebagai berikut :
Suatu fragmen DNA yang mengandung gen yang akan dikloning
pertama-tama diinsersikan dulu pada molekul DNA sirkular yang disebut
sector untuk menghasilkan molekul DNA rekombinan atau chimoera.
Vektor kemudian bertindak sebagai pembawa DNA rekombinan tersebut
untuk masuk ke dalam tuan rumah biasanya berupa bakteri, maupun sel-sel
jenis lainnya yang bisa digunakan. Kemudian vector mengadakan replikasi
dalam sel tuan rumah yang menghasilkan banyak turunan-turunan identik,
baik vektornya sendiri, maupun gen yang dia bawa.
Ketika sel tuan rumah membelah, kopi molekul DNA rekombinan
diwariskan pada progeny dan terjadi replikasi vektro selanjutnya.
Setelah terjadi sejumlah besar pembelahan sel, maka dihasilkan koloni
atau sel kloningan yang identik. Tiap-tiap sel dalam klon mengandung
satu atau lebih kopian molekul DNA rekombinasi. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa, gen yang dibawa oleh molekul rekombinasi telah diklon.
Kloning merupakan salah satu bentuk penemuan dari para ilmuwan untuk
dalam rangka perolehan keturunan yang sampai sekarang, detik ini juga,
terus menerus mendapat pro dan kontra dari masyarakat. Diawali dari
lahirnya dolly sebagai hewan hasil kloningan pertama, sampai munculnya
isu-isu tentang bayi perempuan bernama Eve yang dikatakan merupakan manusia kloningan pertama yang pernah dibuat oleh manusia.
6.2. KLONING PADA TUMBUHAN
Sampai hari ini, diketahui sudah cukup banyak DNA hewan dan tumbuhan
yang sudah dikloning. Secara singkat kloning pada sel tumbuhan (baik
dari akar, batang, dan daun) bisa dilakukan dengan cara memotong organ
tumbuhan yang di-inginkan. Lalu kita mencari eksplan, mengambil selnya
dan memindahkan ke media berisi nutrisi agar cepat tumbuh. Eksplan ini
akan menggumpal menjadi gumpalan yang bernama kalus. Kalus adalah cikal
bakal akar, batang, dan daun. Kalus kemudian ditanam di media tanah dan
akan menjadi sebuah tanaman baru.
Nama lain dari kloning pada tumbuhan adalah kultur jaringan, yaitu
suatu teknik untuk mengisolasi, sel, protoplasma, jaringan, dan organ
dan menumbuhkan bagian tersebut pada nutrisi yang mengandung zat
pengatur tumbuh tanaman pada kondisi aseptik,sehingga bagian-bagian
tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman
sempurna kembali.
Ada dua teori dasar yang berpengaruh dalam kultur jaringan. Yang
pertama adalah teori bahwa sel dari suatu organisme multiseluler di mana
pun letaknya, sebenarnya sama dengan sel zigot karena berasal dari satu
sel tersebut. Yang kedua adalah teori totipotensi sel atau Total Genetic Potential. Artinya, setiap sel yang memiliki potensi genetik mampu memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi suatu tanaman lengkap.
Dalam kultur jaringan ada beberapa factor yang mempengaruhi regenerasi tumbuhannya, yaitu :
- Bentuk regenerasi dalam kultur in vitro, seperti pucuk adventif atau embrio somatiknya
- Eksplan, yaitu bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan awal untuk perbanyakan tanaman. Yang penting dalam eksplan ini adalah factor varietas, umur, dan jenis kelaminnya. Bagian yang sering menjadi ekspan adalah pucuk muda, kotiledon, embrio, dan sebagainya.
- Media tumbuh, karena di dalam media tumbuh terkandung komposisi garam anorganik, zat pengatur tumbuh, dan bentuk fisik media.
- Zat pengatur tumbuh tanaman. Faktor yang perlu diperhatikan dalam penggunaan zat ini adalah konsentrasi, urutan penggunaan dan periode masa induksi dalam kultur tertentu.
- Lingkungan Tumbuh yang dapat mempengruhi regenerasi tanaman meliputi temperatur, panjang penyinaran, intensitas penyinaran, kualitas sinar, dan ukuran wadah kultur.
Skema proses Kultur Jaringan secara singkat
6.3. KLONING PADA HEWAN
Domba Dolly : Mamalia yang pertama kali dikloning melalui sel induk dewasanya |
Kloning hewan adalah suatu proses dimana keseluruhan organisme hewan
dibentuk dari satu sel yang diambil dari organisme induknya dan secara
genetika membentuk individu baru yang identik sama. Artinya, hewan
kloning ini adalah duplikat yang persis sama baik dari segi sifat dan
penampilannya seperti induknya, dikarenakan adanya kesamaan DNA.
Di alam, sebenernya kloning bisa saja terjadi. Reproduksi aseksual
pada beberapa jenis organisme dan penemuan mengenai munculnya sel kembar
dalam satu telur juga merupakan apa yang disebut dengan kloning. Dengan
kemajuan bioteknologi sekarang ini, bukan mustahil untuk menciptakan
lebih lanjut mengenai kloning pada hewan.
Pertama kali para ilmuwan berusaha membentuk sel kloning pada hewan
tidak berhasil selama bertahun-tahun lamanya. Kesuksesan pertama yang
diraih oleh ilmuwan pada saat mereka berhasil mengkloning seekor
kecebong dari sel embrio di tubuh katak dewasa. Namun demikian, kecebong
tersebut tidak pernah berhasil tumbuh menjadi katak dewasa. Kemudian,
dengan menggunakan nuclear trasnfer di sel embrio, para ilmuwan
mulai melakukan penelitian terhadap kloning hewan mamalia. Tapi sekali
lagi, hewan-hewan tersebut tidak pernah mencapai hidup yang panjang.
Skema kloning pada Hewan
Kloning pertama yang berhasil diujicobakan dan bisa bereproduksi
adalah seekor domba yang dinamakan Dolly. Dolly ditemukan oleh Ian
Wilmut dan kawan-kawanya di Skotlandia pada tahun 1997. Tapi tidak sama
dengan uji coba kloning sebelumnya yang menggunakan sel embrio, kloning
dolly menggunakan sel dari domba dewasa. Karena sel domba dewasa ini
dianggap sudah tua, maka, dolly pun jadi berumur pendek, walau tidak
sependek hewan lain hasil kloningan dengan menggunakan sel embrio.
Sekarang ini, para ilmuwan sudah sukses mengkloning banyak hewan
seperti tikus, kucing, kuda, babi, anjing, rusa, dan sebagainya dari sel
embrio maupun sel non-embrio, tergantung dari tujuan pengkloningan
tersebut. Jika, diharapkan hewan hasil kloning yang bisa bereproduksi,
maka digunakanlah sel non-embrio, sedangkan jika diharapkan hewan
kloning yang tidak harus bisa bereproduksi, maka digunakan sel embrio.
Proses kloning hewan melalui tahap berikut, yaitu mengekstrak nukleus
DNA dari suatu sel embrio kemudian ditanamkan dalam sel telur yang
sebelumnya intinya sudah dihilangkan. Kadang-kadang proses ini
distimulasi oleh manusia menggunakan alat dan bahan-bahan kimia. Sel
telur yang sudah dibuahi ini kemudian dimasukkan kembali ke dalam tubuh
sel hewan inangnya dan membentuk sifat yang identik.
Beberapa ilmuwan menjadikan hewan hasil kloningan yang tidak bisa
bereproduksi sebagai bahan pangan. Namun baru-baru ini, diberitakan
bahwa hewan hasil kloning, tidak layak untuk dikonsumsi sebagai makanan
manusia walau belum ada bukti pasti mengenai hal tersebut. Penelitian
lebih lanjut mengenai hal ini masih terus dilakukan.
6.4. KLONING PADA MANUSIA
Setelah sukses dengan teknologi kloning hewan menyusui, sekarang
hanya tinggal menunggu waktu, timbulnya kabar yang melaporkan lahirnya
manusia hasil kloning. Contohnya saja pada ”Eve”, yang dikabarkan adalah
bayi perempuan pertama hasil kloning, namun kebenaran beritanya masih
belum bisa dipastikan. Ada lagi berita mengenai hasil kloning permintaan
dari pasangan homoseksual dari Belanda. Namun, bukti-bukti konkrit
mengenai manusia hasil kloningannya sama sekali tidak ada.
Beberapa sumber menyebutkan, para peneliti tersebut beralasan bahwa
hal ini menyangkut pribadi sekaligus melanggar privasi dari pendonor gen
jika diberitakan secara luas. Mungkin saja, penyembunyian berita-berita
seperti ini dilakukan, karena masih banyaknya kontroversi serta pro dan
kontra yang terjadi di masyarakat mengenai pengkloningan manusia yang
dianggap melanggar kodrat alam dan tidak sesuai dengan etika yang dianut
dari agama.
Proses kloning pada manusia, sebenarnya tidak memiliki banyak perbedaan dengan bayi tabung atau in vitro fertilization. Dalam proses ini, sperma sang suami dicampur ke dalam telur sang istri dengan proses in vitro di dalam tabung kaca.
Gambaran kasar kloning manusia
Setelah sperma tumbuh menjadi embrio, embrio tersebut ditanamkan
kembali ke dalam tubuh si ibu, atau perempuan lain yang menjadi ’ibu
tumpang’. Bayi yang lahir secara biologis merupakan anak suami-istri
tadi, walaupun dilahirkan dari rahim perempuan lain.
Proses kloning manusia dapat dijelaskan secara sederhana sebagai berikut :
- Mempersiapkan sel stem : suatu sel awal yang akan tumbuh menjadi berbagai sel tubuh. Sel ini diambil dari manusia yang hendak dikloning.
- Sel stem diambil inti sel yang mengandung informasi genetic kemudian dipisahkan dari sel.
- Mempersiapkan sel telur : suatu sel yang diambil dari sukarelawan perempuan kemudian intinya dipisahkan.
- Inti sel dari sel stem diimplantasikan ke sel telur
- Sel telur dipicu supaya terjadi pembelahan dan pertumbuhan. Setelah membelah (hari kedua) menjadi sel embrio.
- Sel embrio yang terus membelah (disebut blastosis) mulai memisahkan diri (hari ke lima) dan siap diimplantasikan ke dalam rahim.
- Embrio tumbuh dalam rahim menjadi bayi dengan kode genetik persis sama dengan sel stem donor.