Gladiol merupakan tanaman bunga hias berupa tanaman semusim berbentuk herba termasuk dalam famili Iridaceae.Gladiol berasal dari bahasa latin “Gladius” yang berarti pedang kecil, seperti bentuk daunnya. Berasal dari Afrika Selatan dan menyebar di Asia sejak 2000 tahun. Tahun 1730 mulai memasuki daratan Eropa dan berkembang di Belanda.
Tanaman gladiol yang termasuk subklas Monocotyledoneae, berakar serabut, dan tanaman ini membentuk pula akar kontraktil yang tumbuh pada saat pembentukan subang baru. Kelebihan dari bunga potong gladiol adalah kesegarannya dapat bertahan lama sekitar 5 - 10 hari dan dapat berbunga sepanjang waktu.
JENIS TANAMAN
Klasifikasi tanaman gladiol adalah sebagai berikut: Divisi : Tracheophyta
Subdivisi : Pteropsida
Klas : Angiospermae
Subklas : Monocotyledoneae
Ordo : Iridales
Famili : Iridaceae
Genus : Gladiolus
Spesies : Gladiolus hybridus
Hasil
 penelitian tahun 1988, Indonesia mengenal 20 varietas gladiol dari 
Belanda kemudian diuji multi lokasi di kebun percobaan Sub Balai 
Penelitian Hortikultura Cipanas. Tiga varietas diantaranya memiliki 
penampilan yang paling indah,
(warna dan bentuknya berbeda dengan 
gladiol lama), yaitu: White godness (putih), Tradehorn (merah jingga), 
dan Priscilla (putih). Ragam jenis bunga gladiol adalah : a) Gladiolus 
gandavensis, berukuran besar, susunan bunga terlihat bertumpang tindih, 
panjang 90-150 cm.
b) Gladiolus primulinus. berukuran kecil, sangat menarik. Bertangkai halus tetapi kuat dan panjangnya mencapai 90 cm.
c) Gladiolus ramosus. Panjang tangkai bunga 100-300 cm.
d) Gladiolus nanus. Tangkai bunga melengkung, dan panjang hanya 35 cm.
Beberapa
 kultivar bunga gladiol lainnya yang telah di uji di Indonesia adalah: 
Red Majesty, Priscilla, Oscar, Rose Supreme, Sanclere, Dr. Mansoer, 
Albino, Salem, Marah Api, Queen Occer, Ceker dan lain sebagainya.
3. MANFAAT TANAMAN
Gladiol di produksi sebagai bunga potong yang mempunyai nilai ekonomi. Dan memiliki nilai estetika. Bunga potong
juga merupakan sarana peralatan tradisional, agama, upacara kenegaraan dan keperluan ritual lainnya.
4. SENTRA PENANAMAN
Sentra
 produksi bunga gladiol di Indonesia untuk daerah Jawa Barat terdapat di
 Parongpong (Bandung), Salabintana Sukabumi) dan Cipanas (Cianjur). Di 
Jawa tengah terdapat di daerah Bandungan (Semarang) sedangkan di Jawa 
Timur berada di daerah Batu (Malang).
5. SYARAT PETUMBUHAN
5.1.
 Iklim 1) Gladiol membutuhkan curah hujan rata - rata 2.000-2500 
mm/tahun. Di Indonesia gladiol dapat ditanam sepanjang tahun, baik pada 
musim kemarau maupun musim hujan.
2) Tanaman gladiol membutuhkan 
sinar matahari penuh untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Keadaan 
kurang optimal akan menyebabkan bunga mengering dan floret tidak 
terbentuk secara normal. Kekurangan cahaya terjadi pada waktu 
pembentukan daun ke 5, 6, dan 7, yang menyebabkan kekeringan tampak pada
 kuncup bunga saja. Kultifat Eurovision, Peter, Friendship, Jessica, dan
 Mascagni kurang peka terhadap cahaya matahari.
3) Tanaman gladiol 
tumbuh baik pada suhu udara 10 - 25 derajat C. Suhu udara ratarata 
kurang dari 10 derajat C akan menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan 
tanaman terhambat, jika berlangsung lama pertumbuhan tanaman dapat 
terhenti. Suhu udara maksimum pertumbuhan gladiol adalah 27 derajat C, 
kadang - kadang dapat menyesuaikan diri sampai suhu udara 40 derajat C, 
bila kelembaban tanah dan tanaman relatif tinggi.
5.2. Media Tanam
1)
 Jenis tanah yang cocok untuk tanaman gladiol adalah andosol dan latosol
 yang subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik.
2) Tanaman bunga gladiol dapat tumbuh subur diatas tanah yang memiliki pH 5,5 - 5,9.
5.3. Ketinggian Tempat
Tanaman gladiol dapat tumbuh dengan baik di daerah ketinggian 500 - 1500 m dpl dan beriklim sejuk.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
Bibit
 dapat berasal dari pembiakan generatif, vegetatif, dan kultur jaringan.
 Umumnya, pembibitan yang berasal dari vegetatif dan kultur jaringan 
lebih cepat dapat dipetik hasilnya dari pada pembibitan dengan cara 
generatif.
1) Persyaratan Benih
rawabelong.com ; komunitas bunga, tanaman hias dan ikan hias rawabelong
http://rawabelong.com Powered by: Joomla! Generated: 17 December, 2008, 10:40
Bibit
 dari subang bibit yang baik menghasilkan bunga berdiameter minimum 2,5 
cm, kecuali untuk kultivar Golden Boy yang cukup berdiameter 1 cm. Bibit
 harus dipilih yang sehat, tidak cacat. Bibit vegetatif yang baik yang 
mempunyai daya kecambah lebih dari 90%. Bibit generatif harus berasal 
dari induk dengan pertumbuhan baik dan cukup umur.
2) Penyiapan Benih
Perbanyakan
 generatif gladiol dengan biji, digunakan untuk mendapatkan kultivar 
baru bukan untuk tujuan bibit produksi. Biji didapat dengan cara 
penyerbukan buatan dibantu manusia. Perbanyakan vegetatif gladiol 
dilakukan dengan menggunakan umbi (anak subang), bibit belah (subang 
belah), kultur jaringan maupun suspensi sel. Umbi dan anakan umbi 
diambil dari tanaman yang sudah dipanen. Teknik kultur jaringan
merupakan
 salah satu cara alternatif untuk menanggulangi kendala-kendala dalam 
perbanyakan secara konvensional. Bibit (subang) yang dibutuhkan untuk 1 
hektar lahan adalah sekitar 213.063 buah. Subang dan anak subang yang 
akan dijadikan bibit tidak dapat segera tumbuh bila ditanam meskipun 
pada lingkungan
tumbuh yang cocok dan optimal, karena memerlukan masa
 dormansi. Selama masa dormansi subang dan anak subang yang telah kering
 disimpan ditempat yang beraliran udara baik dan terhindar dari cahaya 
matahari langsung. Subang yang telah dipisahkan dari batangnya disimpan 
selama ± 2 minggu.
3) Teknik Penyemaian Benih
Biji gladiol dapat 
langsung disemai, tanpa mengalami masa dormansi, biji akan berkecambah 
setelah 7 - 12 hari. Daun yang tumbuh dari biji hanya berjumlah 1 - 2 
helai. Tanaman tumbuh sampai kira - kira 5 bulan dan menghasilkan anak 
subang yang berdiameter kurang dari 1 cm. Anak subang ini kemudian 
memasuki masa dormansi.
4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Penanaman
 gladiol dengan bibit anak subang yang baru muncul dari stolon yang 
menghubungkan subang induk dengan subang baru. Perbanyakan dengan 
menggunakan anak subang yang berdiameter sekitar 1,0 cm memerlukan 2 
kali penanaman untuk mencapai ukuran subang yang dapat menghasilkan 
bunga. Penanaman pertama dari anak subang tersebut memerlukan waktu 
sekitar 4 bulan hingga panen subang kecil.
Subang kecil hasil panen 
pertama akan berdiameter sekitar 2 cm. Subang kecil setelah dipanen akan
 mengalami masa dormansi minimal 3,5 bulan. Setelah masa dormansi 
terlewati, subang kecil dapat ditanam kembali. Waktu yang diperlukan 
untuk penanaman kedua kira-kira sama dengan waktu penanaman pertama. 
Subang dari panenan kedua
akan berdiameter 3 cm dan merupakan bibit 
yang siap berbunga. Untuk rata - rata setiap kultivar gladiol, anak 
subang yang berdiameter sekitar 1 cm akan menjadi subang bibit yang siap
 berbunga dalam waktu 16 bulan.
5) Pemindahan Bibit
Bibit gladiol 
siap ditanam bila sudah melewati masa dormansinya dengan ciri munculnya 
akar berupa tonjolan kecil berwarna putih melingkar dibagian bawah 
subang. Pecahnya dormansi juga ditandai dengan munculnya mata tunas. 
Bila tunas mencapai tinggi 1 cm, maka subang siap ditanam. Penanaman 
yang terlambat menyebabkan tunas semakin tinggi dan akar semakin 
panjang, sehingga akan terjadi kerusakan akar pada waktu penanaman.
6.2. Pengolahan Media Tanam
1) Persiapan
Lahan
 yang akan di tanami gladiol perlu di ukur pH tanahnya. Bila sesuai 
dengan pH tanah yang disyaratkan, lakukan pengukuran luas lahan yang 
akan ditanami. Kemudian analisa jenis tanah, apa bila lahan tersebut 
sebelumnya pernah ditanami gladiol sebaiknya tanah didiamkan minimal 
selama satu tahun.
2) Pembukaan Lahan
Lahan yang telah dianalisa, 
diukur dan dibersihkan dari gulma, batu-batuan, serta tanaman liar lain,
 kemudian bajak dan dicangkul sampai gembur. Pengolahan lahan sebaiknya 
dilakukan 2 minggu sebelum tanam.
3) Pembentukan Bedengan
Bila 
pemanenan bunga dilakukan setiap saat, maka lahan yang digunakan 
sebaiknya dibuat beberapa petak. Pemetakan lahan dimaksudkan agar dapat 
diatur mana untuk lahan yang akan diolah, ditanami, dan dipanen. Pada
setiap
 petakan dibuat selokan (saluran air), agar drainase baik dan tanaman 
dapat tumbuh dengan subur. Lahan selanjutnya diberi pupuk dasar agar 
tanah tidak kekurangan unsur haranya. Luas arel petakan dibuat sesuai 
dengan kebutuhan, Bila kebutuhan pasar sebanyak 1.000 tangkai setiap dua
 minggu, maka dibutuhkan lahan seluas 600 m2. Lahan dibuat menjadi 7 
petak dengan luas setiap petak 72 m2.
4) Pengapuran
Pengapuran dilakukan pada tanah yang memiliki derajat kemasaman tanah (pH) kurang dari 5,5.
5) Pemupukan
Pemberian
 pupuk dasar dilakukan pada saat tanam. Pupuk yang diberikan adalah yang
 mengandung unsur N, K, Ca dan P, yang diberikan sesuai dosis yang 
dianjurkan.
6.3. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanam
Tanaman
 gladiol dapat ditanam dengan sistem guludan atau tanpa guludan. Jika 
pengairan menggunakan cara leb, maka penanaman sebaiknya dengan guludan 
agar air irigasi tidak merusak struktur tanah. Beberapa hal yang perlu 
diketahui dalam cara penanaman adalah tempat dan waktu penanaman serta 
jarak dan kedalaman tanaman. Tempat
penanaman gladiol harus terkena 
cahaya matahari langsung. Atap plastik yang tembus cahaya dan bersih 
digunakan untuk menghindari kerusakan akibat hujan. Jadwal penanaman 
disesuaikan dengan kebutuhan berkisar antara 60 - 80 hari, karena umur 
tanaman tergantung pada kultivarnya.
2) Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat dengan mencangkul lahan sedalam 10-15 cm, untuk subang berdiameter = 2,5 cm.
3) Cara Penanaman
Subang
 ditanam setelah masa dormansi sekitar 3,5 bulan. Cara penanaman dengan 
guludan, yang disesuaikan dengan kedalaman tanam subang gladiol. Bila 
kedalaman 10 - 15 cm, maka tinggi guludan dibuat = 15 cm dengan anggapan
 bahwa lapisan tanah atas lambat laun akan menurun. Bila dilakukan tanpa
 guludan maka sering kali tanaman rebah atau tangkai bunga bengkok yang 
menyebabkan turunnya kualitas bunga. Kerapatan tanaman perlu 
diperhatikan karena menentukan kekekaran tanaman dan kualitas bunga. 
Jika jumlah tanaman per meter persegi terlalu banyak, maka tanaman akan 
menjadi lemah dan panjang. Semakin kecil diameter subang maka kerapatan 
tanam semakin besar.
Untuk anak subang berdiameter kurang dari 1 cm, 
biasanya ditanam dalam barisan pada guludan. Jarak tanam untuk subang 
berdiameter = 4 cm adalah 20 x 20 cm sedangkan untuk subang yang 
berdiameter lebih kecil ditanam lebih rapat.
Dalam menentukan 
kedalaman tanam yang perlu diperhatikan adalah tekstur tanah dan waktu 
tanam. Pada tekstur tanah yang berat, (tanah liat dan berlempung) subang
 harus ditanam lebih dangkal dari pada tanah yang ringan dan berpasir. 
Pada musim kemarau subang ditanami lebih dalam dibanding musim 
penghujan. Suhu tanah akan lebih rendah pada tempat yang lebih dalam. 
Letak bibit yang dangkal, terutama pada tanah berpasir, akan 
mengakibatkan tanaman mudah rebah.
4) Pemberian Ajir
Pemberian 
ajir pada tanaman bunga gladiol dilakukan apabila tanaman rebah atau 
tangkai bunga bengkok yang menyebabkan turunnya kualitas bunga. Hal ini 
dapat terjadi bila penanaman bunga dilakukan tanpa menggunakan guludan.
6.4. Pemeliharaan Tanaman Penyiangan
Penyiangan
 gulma pada pertanaman anak subang penting karena gulma dapat menutupi 
pertumbuhan anak subang sehingga pertumbuhan terhambat dan menyulitkan 
dalam pemanenan. Penyiangan biasa dilakukan sebelum pemberian pupuk N 
(saat berumur sekitar 25 hari setelah tanam) dan dilakukan tiga kali 
dalam satu siklus tanaman.
-Pembubunan
Pembubunan dilakukan 
bersamaan waktunya dengan penyiangan, untuk menjaga agar subang baru 
yang tumbuh tidak terlihat di atas tanah.
-Pemupukan
Tanaman 
gladiol memerlukan pemupukan agar tanaman tumbuh cepat dan berproduksi 
dengan baik. Jumlah pupuk yang diberikan sangat bervariasi tergantung 
pada tekstur tanah, keadaan lingkungan, curah hujan, pengairan dan 
kandungan hara di dalam tanah. Pada tanah berpasir, diperlukan pemupukan
 lebih sering terutama pada musim penghujan. Pemupukan dilakukan dua 
kali (umur 20 hari dan 45 hari setelah penanaman).
Dosis pemupukan 
gladiol 90-135 kg N (diberikan sebagian dalam bentuk nitrat, sebagian 
lagi amonium), 90-180 kg P (sebagai P2O5) dan 110-180 kg K (sebagai K2O)
 per hektar pada tanah berpasir. Pupuk diberikan tidak sekaligus, 
pertama saat tanam, ( pupuk K dan P), setelah tanam membentuk 2-3 helai 
daun diberikan pupuk N sepertiga dosis. Pemberian pupuk N kedua dan 
ketiga masing-masing dilakukan pada saat mulai terbentuknya primordia 
bunga dan setelah panen bunga. Pemupukan terakhir sangat penting guna 
pembesaran subang dan pembentukan anak subang. Pupuk yang digunakan 
biasanya TSP dan Urea, masing-masing sebanyak satu sendok teh untuk 
setiap tanam.
-Pengairan dan Penyiraman
Pengairan harus 
diperhatikan karena drainase berpengaruh terhadap tanaman. Penyiraman 
dilakukan hanya apabila tanah mulai kering (musim kemarau). Waktu 
Penyemprotan Pestisida Kerusakan tanaman gladiol dapat disebabkan oleh 
hama atau penyakit, yang dapat diatasi dengan pestisida yang tepat. 
Penanggulangan serangan hama digunakan pestisida padat (Aldikarb), 
dengan dosis 300 gram/100 m2 air. Digunakan pestisida cair (Permetrin 
dan deltametrin) dosis 5 cc per 100 m2. Pemberantasan penyakit digunakan
 pestisida Procymidon, dosis 5 gram/100 m2, atau Kaptofol, dosis 400 
gram/100 liter air. Pemberian pestisida sebaiknya setelah
tanaman berumur 50 hari.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
1) Thrips gladiol (Taeniothrips simplex / Mor)
Hama
 ini sering dijumpai disetiap area pertanaman gladiol di seluruh dunia, 
yang dapat menimbulkan kerusakan berat (di lapangan).
Gejala: bercak -
 bercak berwarna keperak - perakan pada permukaan daun, merusak jaringan
 daun / bunga dan mengisap cairan yang keluar dari bagian tanaman dengan
 menggunakan alat mulutnya. Tanaman yang terserang hama ini akan timbul 
bercak-bercak putih dan akhirnya menjadi coklat dan mati. Serangga muda 
(nimfa) berwarna kuning pucat dan lebih suka makan pada bagian bunga dan
 kuncup. Panjang tubuh hama dewasa ± 2,5 mm, berbentuk ramping, pipih, 
berwarna coklat tua atau hitam.
Pengendalian: dapat dilakukan dengan 
penyiangan gulma atau dengan menggunakan insektisida yang mengandung 
dimetoat, endusolfan, formothion, karbaril, merkaptodimetur dan metomil.
2) Kutu putih (Pseudococcus sp.)
Gejala:
 menyerang umbi gladiol saat penyimpanan, dan di lapangan, dengan 
menusukan alat mulutnya kedalam umbi untuk menghisap cairan tanaman, 
sehingga tunas / akar terhambat pertumbuhannya dan gagal panen. Pada 
serangan berat umbi jadi keriput, kering dan mati. Ukuran tubuh serangga
 dewasa betina 4 mm dan mampu bertelur sampai 200 butir (diletakan 
berkelompok).
Pengendalian: merendam subang dalam larutan insektisida
 30-60 menit, yang mengandung bahan aktif asefat, nikotin, triazofos, 
kuinalfos dan lainnya.
3) Ulat pemakan daun (Larva Lepidoptera)
Gejala:
 hama ini menyerang dengan membuat lubang-lubang pada permukaan daun dan
 bunga. Bentuk, warna, ukuran larva - larva sebagai minor pest pada 
tanaman gladiol sangat bervariasi, tergantung pada spesiesnya. Panjang 
ulat famili Lymantriidae mencapai 3,5 - 4,0 cm.
Penanggulangan: menyemprot insektisida berbahan aktif Bacillus thuringiensis.
7.2. Penyakit
1) Layu fusarium (Penyakit busuk kering fusarium)
Penyebab: cendawan F. oxysporum var. gladiol atau F. orthoceras var gladiol.
Gejala:
 daun gladiol yang terserang menguning, agak memilin. Pada serangan yang
 lebih lanjut, pertumbuhan tanaman kerdil dan mudah patah. Pada subang 
yang terserang tampak bercak dan dalam keadaan lembab hifa patogen yang 
berwarna putih seperti kapas menutupi permukaan bercak tadi dan menjalar
 kebagian tanaman lainnya.
Pengendalian: menyimpan subang ditempat 
tidak lembab serta merendam sebelum ditanam, kedalam larutan suspensi 
fungisida benlate selama 30 menit.
2) Busuk kering
Penyebab: cendawan Botrytis cinerea atau B. gladiolorum.
Gejala:
 bunga berbintik - bintik, berkembang menjadi bercak - bercak, subang 
yang terserang busuk daun bintik - bintik agak kelabu, kemudian 
berkembang menjadi bercakbercak berwarna hitam keabu - abuan. 
Pengendalian: menganginkan (mengeringkan) subang yang dipanen sebelum 
disimpan pada tempat yang kering atau dengan menyemprotkan fungisida 
captan, zineb atau nabam.
3) Busuk keras
Penyebab: Septoria gladioli.
Gejala:
 sama dengan gejala busuk kering, tetapi berbeda pada tubuh buah 
patogennya. Bintik - bintik kecil coklat tampak pada permukaan bagian 
bawah / bagian atas daun yang terserang patogen. Tanaman / bibit yang 
terserang patogen tersebut umumnya berasal dari anak subang, sedang yang
 berasal dari subang jarang terserang.
Pengendalian: sama seperti untuk busuk kering.
4) Busuk kubang (Busuk kapang biru)
Penyebab:
 cendawan Penicillium gladioli yang termasuk patogen lemah. Patogen 
masuk dan menginfeksi subang gladiol bila di bagian subang terdapat luka
 yang disebabkan oleh serangga, alat - alat pertanian dan sebagainya.
Gejala:
 pada subang yang terserang patogen tersebut terdapat lesio berwarna 
merah kecoklatan yang dalam waktu singkat bagian tersebut akan ditutupi 
koloni cendawan berwarna biru dan subang membusuk.
Pengendalian: menyimpan subang dengan baik, setelah dikering udarakan dahulu, serta mencegah subang luka.
5) Hawar bakteri
Penyebab: Xanthomonas gummisudan. Yang berkembang dengan cepat pada keadaan lingkungan yang basah atau drainase kurang baik.
Gejala: ada bercak - bercak horizontal cekung berair berwarna hijau tua yang berubah menjadi coklat dan berkembang
sampai menutupi hampir seluruh permukaan daun sampai daun kering. Patogen ditularkan melalui subang atau percikan air hujan.
Pengendalian: memilih subang yang sehat dan merendam subang tanpa kulit selama 2 jam dalam suspensi larutan bakterisida.
8. P A N E N
Budidaya
 bunga gladiol dapat diatur sedemikian rupa sehingga panen dapat 
dilakukan setiap minggu. Biasanya budidaya tanaman gladiol dilakukan 
berdasarkan pesanan pasar, sehingga panen dapat terus dilakukan pada 
waktu yang telah ditentukan.
8.1. Ciri dan Umur Panen
Tanaman
 gladiol berbunga pada umur 60 - 80 hari setelah tanam, tergantung pada 
kultivarnya. Bunga pertama akan mekar sekitar 10 hari setelah primordia 
bunga muncul.
Bunga dapat dipetik setelah warna dari 1 atau 2 floret 
terbawah telah dapat dilihat dengan jelas tetapi belum mekar. Jika 
kuncup bunga dibiarkan sampai mekar penuh, kerusakan akan mudah terjadi 
terutama selama pengemasan dan pengangkutan. Bila bunga dipanen terlalu 
awal, (sebelum floret terbawah menampakan warna bunga), maka akan ada
kemungkinan bunga tidak dapat mekar dengan sempurna.
8.2. Cara Panen
Pemanenan
 dilakukan secara hati - hati dengan menyertakan 2 - 3 daun pada tangkai
 bunga dan menyisakan daun - daun pada tanaman sebanyak mungkin minimum 4
 daun. Pemotongan tangkai bunga dengan pisau tajam dan bersih supaya 
terhindar dari kontaminasi jasad renik Jika menggunakan pisau tumpul, 
terjadi luka lebih lebar pada permukaan dasar tangkai bunga, 
memungkinkan terjadi infeksi.
8.3. Periode Panen
Bunga gladiol
 tergolong bunga yang mudah kehilangan air. Sebaiknya panen bunga 
dilakukan pagi hari, karena saat tersebut bunga gladiol berturgor 
optimum. Kandungan karbohidrat yang rendah dapat diperbaiki dengan 
larutan pengawet yang mengandung gula.
Panen bunga tidak dianjurkan 
pada saat suhu udara tinggi (siang hari) atau pada turgor rendah, bunga 
basah oleh embun, hujan atau sebab lain. Bunga yang basahakan mudah 
terserang oleh cendawan Botrytis gladiolorum (blight), walaupun pada 
kondisi suhu udara yang rendah.
8.4. Prakiraan Produksi
Untuk 
seluas 1 hektar akan menghasikan panen bunga ± sebanyak 200.000 potong. 
Budidaya bunga potong gladiol dapat diatur sedemikian rupa sehingga 
panen bunga (pemanenan terbanyak) dilakukan setiap minggu. Secara teknis
 dapat diatur dengan pemetakan lahan, sehingga dalam satu saat terdapat 
lahan siap olah, siap tanam,dan siap panen.
9. PASCA PANEN
9.1. Pengumpulan
Bunga
 gladiol sangat peka terhadap kekuatan gaya berat dan akan selalu 
cenderung melengkung pada suhu udara tinggi, sehingga berakibat 
terjadinya perubahan bentuk dan penurunan kualitas. Oleh karena itu 
bunga potong gladiol yang dipanen dikumpulkan dan diletakan tegak lurus 
diruangan pada suhu udara rendah (selama
penyimpanan / pengangkutan).
9.2. Penyortiran dan Penggolongan
Setelah
 dipanen, dilakukan penyortiran dan penggolongan sesuai dengan ukuran. 
Bunga dibersihkan dari kotoran yang menempel, dengan hati - hati,(bila 
perlu) cukup diperciki atau disemprot air saja. Hal ini menjaga agar 
mahkota bunga tidak rusak. Bunga dipilih yang bagus bentuknya, tidak 
terkena penyakit atau luka, dikelompokan sesuai dengan kebutuhan, 
(berdasarkan tingkat kesegaran / ukuran bunga). Penggolongan ini 
dimaksudkan untuk mempertahankan nilai jual sehingga bunga yang bagus 
tidak turun harganya akibat tercampur dengan yang bunga gladiol yang 
berkualitas rendah.
9.3. Penyimpanan
Penyimpanan bertujuan 
untuk memperlambat proses kelayuan bunga sebelum sampai kekonsumen, 
biasanya dilakukan pada saat bunga: a) Baru saja dipetik, menunggu 
pemanenan selesai.
b) Setelah dipanen tidak segera dijual / diangkut.
c) Diperjalanan sebelum sampai kekonsumen.
Dalam
 tahap ini, bunga dikondisikan agar tetap segar, karena bunga potong 
sangat sensitif terhadap dehidrasi maka air yang hilang harus diimbangi 
dengan larutan perendam yang mengandung air dan senyawa lain yang 
diperlukan.
Penyimpanan berkaitan erat dengan suhu udara. Makin 
rendah suhu udara, makin lambat terjadi penurunan mutu. Suhu udara 
penyimpanan bunga yang berasal dari daerah tropika relatif lebih tinggi,
 umumnya berkisar antara 0 - 5 derajat C.
9.4. Pengemasan dan Pengangkutan
Sistem
 pengemasan yang baik bertujuan melindungi bunga selama pengangkutan dan
 sebagai sarana promosi yang dapat meningkatkan harga jual. Cara 
pengemasan yang paling sederhana yaitu dengan membungkus tangkai bunga 
dengan daun pisang, kemudian memasukan kedalam ember berisi air sehingga
 tangkai bunga tercelup dan membungkus bagian atas bunga dengan plastik 
yang sebelumnya sudah dilubangi. Pengemasan seperti ini umum dilakukan 
oleh pedagang pengecer yang langsung berhubungan dengan konsumen. 
Pengemasan yang lebih baik biasa untuk bunga yang akan menempuh 
perjalanan atau untuk promosi, digunakan bahan pengawet adalah sukrosan 
dan 8 hydroxyquinoline citrate. Mengingat sifat bunga yang selalu 
dikonsumsi dalam keadaan segar dan bagus berpenampilan maka dituntut 
sistem pengangkutan yang bisa bergerak cepat. Faktor yang perlu 
diperhatikan yaitu suhu udara selama pengangkutan dan susunan kemasan 
agar tidak terlalu tinggi serta tahan goncangan. Sarana pengangkutan 
biasa menggunakan mobil box yang dilengkapi alat pengatur suhu udara.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan
 analisis budidaya gladiol luas lahan 1 ha dalam 1 musim tanam yang 
dilakukan pada tahun 1999 di daerah Bogor. 1) Biaya produksi:
1. Bibit: umbi bibit (subang) 190.000 bh @ Rp. 50,- Rp. 9.500.000,-
2. Pupuk
- Pupuk buatan NPK: 100 kg @ Rp. 2000,- Rp. 200.000,-
- (Urea, TSP, KCL): 834 kg @ Rp. 4.500,- Rp. 3.753.000,-
3. Tenaga kerja
- Tenaga kerja sewa 120 OH @ Rp. 10.000,- Rp. 1.200.000,-
- Tenaga kerja keluarga 120 OH @ Rp. 15.000,- Rp. 1.800.000,-
4. Pestisida: 15 kg @ Rp. 75.000,- Rp. 1.125.000,-
5. Sewa lahan/ha Rp. 1.500.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 19.078.000,-
2) Pendapatan: bunga potong (tangkai) 214.000 @ Rp. 100,- Rp. 21.400.000,-
3) Keuntungan Rp. 2.322.000,-
4) Parameter kelayakan usaha
1. Rasio output/input = 1,122
10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Usaha
 tani gladiol merupakan usaha komersial karena sebagian besar 
produksinya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasar atau konsumen. 
Berdasarkan hal tersebut, pengkajian aspek Agro Ekonomi usaha tani 
gladiol mencakup kegiatan produksi, konsumsi dan pemasaran.
Kebanyakan
 usaha tani gladiol dilakukan di daerah dataran tinggi sesudah tanaman 
sayuran, tanaman padi dan tanaman hias lainnya (Warsito dan Sutater, 
1889). Produksi per hektar bunga potong gladiol di tingkat petani baru 
mencapai 169.189 tangkai dan produksi bibit (subang) mencapai 136.406 
umbi (Ameriana, dkk., 1991).
Volume permintaan dalam negeri 127.200 
tangkai per minggu (BCI dan Nehem, 1987), terdapat kecenderungan bahwa 
permintaan terus meningkat. Untuk mengimbangi permintaan konsumen, 
rumpang hasil produksi bunga harus ditingkatkan demikian juga mutu bunga
 potongnya. Sampai saat ini DKI Jakarta masih merupakan pasar bunga 
potong
terbesar dengan volume penjualan perminggu mencapai 54.700 
tangkai dibandingkan dengan kota lainnya. Hal ini sejalan dengan 
peningkatan pendapatan masyarakat, pembangunan, komplek perumahan, 
perkotaan, dan perkembangan pariwisata (Sutater dan Asandhi, 1991).
Pasar
 bunga potong asal Indonesia akhir - akhir ini cukup menggembirakan. Tim
 Direktorat Bina Produksi Hortikultura (1988) mencatat bahwa peringkat 
ekspor bunga ke Eropa adalah bunga potong (43,38%), tanaman hias 
(38,65%), dan umbi bunga (12,26%). Dalam artikel “Indonesia Belum 
Tanggapi Dunia akan Permintaan Bunga Potong Tropis” (1992) dicatat bahwa
 konsumsi bunga potong untuk kota - kota besar hingga kini masih 
didominasi oleh Jakarta, menyerap 60% dari total produksi bunga 
nasional. Bisnis bunga mencapai Rp. 2,15 milyar per bulan atau 25,8 
milyar per tahun di Jakarta terdapat 327 florist dan 227 kios penjual 
bunga. Dalam artikel “Dari Bisnis Asalan Menuju Industri Bunga “ (1993) 
dilaporkan bahwa konsumsi bungapotong 1992 di kota - kota besar seperti 
Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang, Denpasar, Semarang, dan Ujung 
Pandang 1.928.000 tangkai, 1.283.250 tangkai untuk Jakarta, karena 
hotel-hotel di Jakarta sebulan menghabiskan biaya sebesar Rp. 75.000 - 
Rp. 85 juta untuk pembelian bunga.
11. STANDAR PRODUKSI
11.1. Ruang Lingkup
Standar produksi meliputi: klasifikasi dan standar mutu, cara pengambilan contoh dan pengemasan.
11.2. Diskripsi
Standar mutu bunga gladiol potong di Indonesia tercantum dalam standar Nasional Indonesia SNI 01–4479–1998
11.3. Klasifikasi dan Standar Mutu
Berdasarkan panjang tangkainya, bunga gladiol dikelompokan dalam lima kelas yaitu Super, Panjang, Medium, Pendekdan Mini.
a) Kelas super: panjang tangkai > 95 cm
b) Kelas panjang: panjang tangkai 76–94 cm
c) Kelas medium: panjang tangkai 61–75 cm
d) Kelas pendek: panjang tangkai 51–60 cm
e) Kelas mini: panjang tangkai 30–50 cm
Selain
 berdasarkan panjang tangkai, bunga gladiol dikelompokan berdasarkan 
penampilan dan kondisi fisik lainnya sehingga terdapat bunga gladiol 
potong dengan mutu kelas AA, A, B dan C.
a) Panjang tangkai (cm): kelas AA>95; kelas A=76–94; kelas B=61-75; kelas C=51- 60.
b) Jumlah minimum floret pertangkai: kelas AA=16; kelas A=14; kelas B=12; kelas C=10.
c)
 Keseragaman (%): kelas AA=100; kelas A=95: kelas B=95; kelas C<95. 
aa="100;" a="95;" b="95;" aa="100;" a="95;" b="95;" aa="1-2;" a="1–2;" 
b="2-3;" c="2–3." aa="0;" a="5;" b="10;">10.
i) Benda asing/kotoran (%): kelas AA=0; kelas A=1; kelas B=2; kelas C=3.
Untuk mendapatkan jenis dan mutu yang sesuai dengan standar maka harus dilakukan pengujian yang meliputi:
a) Penetapan panjang tangkai bunga
Hitung
 jumlah seluruh bunga contoh, ukur satu persatu bunga contoh, kemudian 
pisahkan bunga yang panjangnya tidak memenuhi syarat kelas yang 
disebutkan dalam kemasan. Hitung jumlah seluruh bunga contoh yang 
panjangnya memenuhi syarat. Hitung presentase bunga yang panjangnya 
memenuhi syarat terhadap seluruh bunga contoh.
b) Penetapan jumlah floret per tangkai, jumlah floret mulai mekar, kerusakan mekanik
Hitung
 jumlah seluruh bunga contoh, hitung satu persatu jumlah floret per 
tangkai dari seluruh bunga contoh kemudian pisahkan tangkai bunga yang 
jumlah floretnya tidak memenuhi syarat kelas yang disebutkan dalam 
kemasan. Hitung jumlah seluruh bunga contoh yang jumlah floret per 
tangkainya memenuhi syarat. Hitung prosentase bunga yang memenuhi syarat
 terhadap jumlah seluruh bunga contoh.
c) Penetapan keseragaman, warna spesifik dan bebas hama
Hitung
 jumlah seluruh bunga contoh, amati satu per satu bunga contoh, lalu 
pisahkan bunga yang tampak tidak seragam. Hitung jumlah bunga seragam 
dan hitung prosentase bunga yang seragam terhadap jumlah seluruh bunga 
contoh.
d) Penetapan kelurusan tangkai
Letakan bunga gladiol yang 
diuji diatas meja kerja yang telah diberi garis lurus sepanjang 1 meter 
atau lebih. Bagian pangkal tangkai yang lurus diletakan pada garis lurus
 tersebut, sementara itu bagian ujung tangkai yang melengkung akan 
menjauhi garis lurus tadi. Ukur jarak ujung tangkai bunga terhadap garis
 lurus diatas meja menggunakan mistar yang tersedia. Deviasi atau 
kurvaktur maksimal 7,5 cm tergantung kelas.
e) Penetapan benda asing
Pisahkan
 dan kumpulkan benda asing yang dijumpai pada bunga atau dalam kemasan 
bunga contoh. Selanjurtya timbang benda asing tersebut dan juga seluruh 
bunga contoh. Hitung presentase berat benda asing terhadap berat seluruh
 bunga contoh.
11.4. Pengambilan Contoh
Dari satu partai atau lot 
bunga gladiol yang terdiri atas maksimum 1.000 kemasan, contoh diambil 
secara acak sejumlah seperti tersebut berikut ini:
a) Contoh yang diambil semua, jumlah kemasan bunga dalam partai 1–5.
b) Contoh yang diambil sekurang-kurangnya 5, jumlah kemasan bunga dalam partai 6–100.
c) Contoh yang diambil sekurang-kurangnya 7, jumlah kemasan bunga dalam partai 101–300.
d) Contoh yang diambil sekurang-kurangnya 9, jumlah kemasan bunga dalam partai 301–500.
e) Contoh yang diambil sekurang-kurangnya 10, jumlah kemasan bunga dalam partai 501–1001.
Dari
 setiap kemasan contoh yang dipilih secara acak diambil sekurang - 
kurangnya tiga tangkai bunga. Untuk kemasan contoh dengan isi kurang 
dari tiga tangkai, diambil satu tangkai. Dari sejumlah tangkai yang 
terkumpul kemudian diambil secara acak contoh yang berjumlah 
sekurang-kurang lima tangkai diuji. Petugas pengambil contoh harus 
memenuhi syarat, yaitu orang yang telah dilatih terlebih dahulu dan 
diberi wewenang untuk melakukan hal tersebut.
11.5 Pengemasan
Untuk
 pasar lokal, bunga gladiol boleh tidak dikemas, bunga diletakkan 
berdiri dalam ember plastik yang diberi air perendam tangkai. Kedalam 
air perendam seyogyanya ditambahkan bahan pengawet bunga. Untuk pasar 
jarak jauh, bunga gladiol sebaiknya dikemas dengan keranjang bambu yang 
diberi lapisan daun pisang, lembaran plastik atau
kertas. Untuk 
eksport bunga gladiol harus dikemas dengan kotak karton yang sesuai 
dengan diberi lapisan plastik tipis atau kertas dibagian dalamnya. Ujung
 tangkai bunga diberi kapas yang dibasahi dengan larutan pengawet 
kemudian ditutup plastik. Jumlah bunga dalam tiap kemasan disesuaikan 
dengan permintaan pasar.
Label atau gantungan (tag) yang menyertai setiap kemasan harus mudah dilihat/diambil dan berisi informasi.
a) Produksi Indonesia.
b) Nama perusahaan/eksportir.
c) Nama kultivar.
d) Kelas mutu.
e) Jumlah bunga dalam kemasan.
f) Berat kotor.
g) Berat bersih.
h) Identitas pembelian ditempat tujuan.
i) Tanggal panen dan perkiraan daya tanah.
j) Petunjuk penanganan (suhu udara, kelembaban) yang dianjurkan
cantik sekali yah bunganya
ReplyDeleteberita hari ini