Kesesuaian lahan dan iklim untuk 
budidaya krisan pot sama dengan kesesuaian lokasi (agroklimat) krisan 
potong, sehingga paparan berikut ini lebih banyak menjelaskan kepada 
aspek khusus budidaya krisan pot sebagai berikut.
Media
 Tanam. Pertimbangan khusus dalam menentukan media tanam adalah mudah 
didapat, harga relatif murah, ringan dan harus memiliki sifat-sifat 
fisik dan kimia yang bisa mendukung pertumbuhan akar dan serapan hara 
secara optimal. Sifat fisik yang penting adalah media harus ringan, 
gembur dan memiliki aerasi cukup baik.
Sedangkan
 sifat kimianya adalah derajat keasaman media netral dengan pH 5.52-6.7,
 memiliki Eectric Conductivity (EC) rendah sehingga tidak ada 
kekhawatiran keracunan unsur tertentu. Bahan yang banyak digunakan 
adalah serbuk sabut kelapa (cocopeat) dan arang sekam. Gambut memiliki 
daya pegang air cukup tinggi, dan partikel-partikelnya banyak membentuk 
gumpalan-gumpalan kecil sehingga membentuk rongga-rongga udara. Untuk 
mengurangi rongga ini perlu ditambahkan bahan lain yang bisa mengisinya 
seperti serbuk sabut kelapa dan sekam bakar. Cocopeat memiliki daya 
pegang air cukup baik dan tidak membentuk gumpalan antar partikelnya 
sehingga bisa digunakan untuk mengisi rongga. Komposisi media yang baik 
untuk krisan pot adalah campuran dari gambut (peat), cocopeat dan arang 
sekam dengan perbandingan volume 4:4:1.
Bibit.
 Tinggi bibit untuk krisan pot tidak boleh lebih dari 5 cm. bibit yang 
terlalu tinggi menyebabkan pertunasan yang kurang kompak, tunas yang 
terbentuk berjauhan sehingga bagian bawah tanaman menjadi kurang rimbun.
Jumlah
 bibit yang ditanam dalam satu pot bisa bervariasi. Untuk ukuran pot 14 
-15 cm bisa ditanam 5-6 bibit. Untuk menentukan jumlah bibit yang 
ditanam dalam satu pot juga harus mempertimbangkan produktivitas tunas 
dari jenis yang ditanam. Untuk jenis yang hanya mengeluarkan tunas 
sedikit, dibutuhkan jumlah bibit agak banyak, sehingga tanaman pot agak 
rimbun.
Cara penanamannya satu bibit 
ditanam cepat ditengah pot dengan posisi tegak lurus, kemudian bibit 
lainnya ditanam dibagian pinggir pot dengan posisi agak condong keluar 
agar tunas yang dihasikan menyebar keluar sehingga tanaman pot terlihat 
lebih besar dan rimbun. Berikut adalah gambar penempatan bibit krisan 
pot
 
Penyiraman.
 Penyiraman tanaman pot bisa dilakukan dengan cara manual atau 
menggunakan alat bantu sistem irigasi. Beberapa pertimbangan dalam 
menentukan pertimbangan adalah frekuensi penyiraman, kualitas air, 
penyiraman tidak kena daun, penyiraman dilakukan sekaligus dengan pupuk.
 Untuk memenuhi persyaratan penyiraman yang baik, ada beberapa cara yang
 bisa dilakukan agar hasil penyiraman lebih efisien:
sistem
 rendam. Penyiraman dengan merendam sebagian pot ke dalam air setinggi 
5-10 cm, selama beberapa menit, secara kapiler air dan pupuk bergerak 
dari bagian bawah pot ke permukaan atas media, sistem ini mengandalkan 
daya kapiler media terhadap air yang akan merambat dari bawah ke atas. 
Pada fase colouring (fase terakhir perkembangan tanaman krisan pot, saat
 warna bunga mulai muncul) tanaman harus dipindahkan ke tempat khusus 
dan sistem pengairannya biasanya menggunakan sistem rendam untuk 
memudahkan panen. 
 
Perendaman Tanaman Krisan
Sistem
 drip. Dengan sistem drip (irigasi tetes) setiap pot disambungkan dengan
 selang yang mempunyai jarum untuk mengatur keluarnya air dan sebagai 
jalan tetesan air ke media. Dengan menggunakan sistem drip, pemupukan 
bisa dimasukkan ke dalam alat irigasi. Pupuk yang digunakan harus yang 
mudah larut ke dalam air agar lubang drip tidak mudah tersumbat dan 
pupuk lebih mudah diserap oleh tanaman. Biasanya pada fase short day 
krisan pot dipindahkan ke tempat lain dan sistem pengairannya 
menggunakan sistem drip 
 
 
Pemupukan.
 Pemilihan komposisi pupuk untuk krisan pot dilakukan dengan 
mempertimbangkan besarnya biaya produksi. Contoh pada tabel adalah 
komposisi pemupukan krisan pot yang digunakan di PT Kebun Ciputri.
 Komposisi Pupuk untuk Larutan Pekat 
Jenis pupuk 
 | 
Jumlah (gram) 
 | |
Stok A (20 liter) 
 | ||
Ca(NO3)2. 4H2O 
 | 
2.880 
 | |
KNO3 
 | 
1.814 
 | |
Stok B (20 liter) 
 | ||
KNO3 
 | 
1.476 
 | |
MnSO4.4H2O 
 | 
5,76 
 | |
ZnSO4.7H2O 
 | 
0,9288 
 | |
Borak 
 | 
7,099 
 | |
Na2MoO4.2H2O 
 | 
0,269 
 | |
MgSo4.7H2O 
 | 
1.364,6 
 | |
FeSo4.7H2O 
 | 
85,76 
 | |
Kristalon hijau 
 | 
1.754,4 
 | |
|   | ||
Sumber : Cahyono (1999) dalam Supari (1999).
Bahan
 pupuk dapat dibuat dari senyawa kimia lainnya sesuai dengan 
ketersediaan bahan dipasar dan juga dari harga yang lebih ekonomis. Akan
 tetapi yang terpenting adalah komposisi dari masing-masing unsurnya. 
Pada tabel disajikan pedoman untuk komposisi unsur pupuk.
. Komposisi Unsur Pupuk dalam 1 liter Larutan Pekat
Unsur | Jumlah (gram) | 
K 
 | 
38,86 
 | 
N-Nos 
 | 
26,26 
 | 
N-NH2 
 | 
1,58 
 | 
P 
 | 
3,43 
 | 
Ca 
 | 
12,23 
 | 
Mg 
 | 
4,08 
 | 
Mn 
 | 
0,124 
 | 
Zn 
 | 
0,032 
 | 
B 
 | 
0,049 
 | 
Cu 
 | 
0,0263 
 | 
Mo 
 | 
0,0066 
 | 
Fe 
 | 
0,489 
 | 
Sumber : Cahyono (1999) dalam Supari (1999)
Pengaturan
 Panjang Hari. Krisan pot memiliki fisiologi sama dengan krisan potong, 
yaitu memiliki respon terhadap fotoperiodisasi. Lama penyinaran yang 
tepat untuk iklim Indonesia 14-16 jam sehari, sehingga pada daerah 
tropis paling tidak tanaman krisan perlu tambahan cahaya selama dua jam 
dengan intensitas cahaya minimal 40 lux bila menggunakan lampu TL dan 70
 lux apabila menggunakan lampu pijar. Pemberian cahaya lampu dilakukan 
sejak awal tanam sampai tunas lateral yang keluar dari ketiak daun, 
tumbuh sepanjang 2-3 cm. Bila tunas yang keluar sudah cukup, maka 
tanaman akan masuk fase short day. Supaya bunga mekar secara serempak, 
ada penanam krisan pot yang melakukan blackout pada malam hari yaitu 
menutup tanaman dengan plastik hitam atau kain hitam sedemikian rupa 
sehingga cahaya dari luar sama sekali tidak mengenai tanaman.
Pinching
 dan Disbudding. Pinching adalah membuang pucuk terminal dari bibit 
asal, hal ini dilakukan untuk menghentikan dominasi tunas apikal untuk 
merangsang tumbuhnya tunas-tunas lateral dari ketiak daun. Dari setiap 
bibit diharapkan mengeluarkan tuns lateral sebanyak 3-4 tunas produktif,
 sedangkan tunas-tunas yang kecil atau tidak peroduktif harus dibuang, 
sehingga kualitas tunas yang dipelihara benar-benar bagus. Pinching 
(Gambar 5. 4.) dilakukan setelah tanaman memiliki lima daun sempurna, 
dan yang dibuang adalah tunas diantara daun keempat dan kelima, bila 
daun pertama dihitung dari bawah. Tanaman yang dipinching telah berumur 
lebih dari 10-14 hari setelah bibit ditanam. Pinching harus dilakukan 
tepat waktu. Apabila terlambat maka internode dari bibit akan terlalu 
panjang, akibatnya jarak antar tunas yang akan tumbuh saling berjauhan. 
 
 
Kegiatan Pinching
Disbudding
 adalah pembuangan bakal bunga yang tidak diinginkan sesuai dengan 
tujuan pembentukan bunga. Disbudding dilakukan setelah bakal bunga yang 
tidak diharapkan mulai tumbuh dan siap dibuang tanpa mengganggu bakal 
bunga yang siap untuk dipelihara.
 Pemberian Zat pengatur tumbuh (ZPT). 
ZPT
 digunakan untuk mengatur pertumbuhan tanaman: merangsang pertumbuhan 
tanaman atau menekan pertumbuhan tanaman. Pada krisan pot, pemberian ZPT
 diupayakan untuk merangsang pertumbuhan tunas dan daun sehingga 
membentuk tanaman menjadi tanaman pot yang kompak, rimbun dan indah. 
Salah satu ZPT yang biasa digunakan untuk mempercepat pertunasan adalah 
Hobsanol. Penyemprotan Hobsanol dilakukan setelah pinching dan seminggu 
setelah aplikasi yang pertama. Untuk menekan pertumbuhan agar krisan pot
 tidak terlalu tinggi maka digunakan alar atau cultar.
 Pengendalian Hama dan Penyakit 
Kualitas
 krisan pot sangat ditentukan oleh kesehatan tanaman, sehingga 
pemeliharaan tanaman mulai dari tanam sampai siap untuk dipasarkan harus
 dilakukan secara cermat. Untuk mendapatkan kualitas tanaman pot yang 
prima maka pengendalian hama dan penyakit harus dilakukan secara 
intensif. Adapun hama dan penyakit tanaman yang banyak menyerang krisan 
pot adalah sama dengan krisan potong yaitu pengorok daun, thrips, 
aphids, ulat , dan karat putih.
 Panen dan Pasca Panen. 
Pemanenan
 tanaman krisan pot tentunya dilakukan bersama-sama dengan medianya. 
Beberapa faktor yang menjadi kriteria kualitas tanaman pot adalah 
sebagai berikut.
- Tajuk. Batang tanaman tidak terlalu tinggi, sekitar 20-25 cm. Bentuk tajuk tumbuh ke samping pot, sehingga bila dilihat dari bagian atas, tanaman memiliki diameter lebih dari 20 cm; semakin lebar diameter tajuk dengan batang yang kuat akan semakin baik.
 - Daun. Warna daun hijau segar dan bersih dari residu pupuk daun dan pestisida. Bentuk daun normal dan tidak cacat, bebas dari serangan hama penyakit. Daun tumbuh lebat sehingga terlihat rimbun.
 - Bunga. Warna bunga cerah dan tidak pudar. Semua bunga dalam satu pot tumbuh normal dan bebas hama penyakit. Bunga mekar serempak, kompak, dan tinggi bunga rata.
 
Setelah krisan pot 
diseleksi sesuai kriteria, maka segera dimasukkan ke dalam kantong 
plastik agar bunga dan cabang tidak patah selama dalam transportasi. 
Sebelum tanaman pot dimasukkan kedalam plastik dan dikemas kedalam 
kardus, media tanam harus dalam kondisi lembab dan pot dalam keadaan 
bersih. 
No comments:
Post a Comment
komment disini ya..