BAB I
SISTEM PERTANIAN ORGANIK
Sejak tahun 1990, isu pertanian
organik mulai berhembus keras di dunia. Sejak saat itu mulai
bermunculan berbagai organisasi dan perusahaan yang memproduksi produk
organik. Di Indonesia dideklarasikan Masyarakat Pertanian Organik
Indonesia (MAPORINA) pada tgl 1 Februari 2000 di Malang. Di Indonesia
telah beredar produk pertanian organik dari produksi lokal seperti beras
organik, kopi organik, teh organik dan beberapa produk lainnya.
Demikian juga ada produk sayuran bebas pestisida seperti yang diproduksi
oleh Kebun Percobaan Cangar FP Unibraw Malang. Walaupun demikian,
produk organik yang beredar di pasar Indonesia sangat terbatas baik
jumlah maupun ragamnya.
Pertanian organik
dapat didefinisikan sebagai suatu sistem produksi pertanian yang
menghindarkan atau mengesampingkan penggunaan senyawa sintetik baik
untuk pupuk, zat tumbuh, maupun pestisida. Dilarangnya penggunaan bahan
kimia sintetik dalam pertanian organik merupakan salah satu kendala yang
cukup berat bagi petani, selain mengubah budaya yang sudah berkembang
35 tahun terakhir ini pertanian organik membuat produksi menurun jika
perlakuannya kurang tepat.
Di sisi lain, petani telah terbiasa
mengandalkan pupuk anorganik (Urea, TSP, KCl dll) dan pestisida sintetik
sebagai budaya bertani sejak 35 tahun terakhir ini. Apalagi penggunaan
pestisida, fungisida pada petani sudah merupakan hal yang sangat akrab
dengan petani kita. Itulah yang digunakan untuk mengendalikan serangan
sekitar 10.000 spesies serangga yang berpotensi sebagai hama tanaman dan
sekitar 14.000 spesies jamur yang berpotensi sebagai penyebab penyakit
dari berbagai tanaman budidaya.
Alasan petani memilih pestisida
sintetik untuk mengendaliakan OPT di lahannya a.l. karena aplikasinya
mudah, efektif dalam mengendalikan OPT, dan banyak tersedia di pasar.
Bahkan selama enam dekade ini, pestisida telah dianggap sebagai
penyelamat produksi tanaman selain kemajuan dalam bidang pemuliaan
tanaman. Pestisida yang beredar di pasaran Indonesia umumnya adalah
pestisida sintetik.
Sistem Pertanian Organik adalah sistem
produksi holistic dan terpadu, mengoptimalkan kesehatan dan
produktivitas agro ekosistem secara alami serta mampu menghasilkan
pangan dan serat yang cukup, berkualitas dan berkelanjutan (Deptan
2002).
Sebenarnya, petani kita di masa lampau sudah menerapkan
sistem pertanian organik dengan cara melakukan daur ulang limbah organik
sisa hasil panen sebagai pupuk. Namun dengan diterapkannya kebijakan
sistem pertanian kimiawa yang berkembang pesat sejak dicanangkannya
kebijakan sistem pertanian kimiawi yang berkembang yang berkembang pesat
sejak dicanangkannya Gerakan Revolusi Hijau pada tahu 1970-an, yang
lebih mengutamakan penggunaan pestisida dan pupuk kimiawi, walaupun
untuk sementara waktu dapat meningkatkan produksi pertanian, pada
kenyataannya dalam jangka panjang menyebabkan kerusakan pada sifat
fisik, kimia, dan biologi tanah, yang akhirnya bermuara kepada semakin
luasnya lahan kritis dan marginal di Indonesia.
Sistem pertanian
organik sebenarnya sudah sejak lama diterap kan di beberapa negara
seperti Jepang, Taiwan, Korea Selatan dan Amerika Serikat (Koshino,
1993). Pengembangan pertanian organik di beberapa negara tersebut
mengalami kemajuan yang pesat disebabkan oleh kenyataan bahwa hasil
pertanian terutama sayur dan buah segar yang ditanam dengan pertanian
sistem organik (organic farming system) mempunyai rasa, warna, aroma dan
tekstur yang lebih baik daripada yang menggunakan pertanian anorganik
(Park 1993 dalam Prihandarini, 1997).
Selama ini limbah organik
yang berupa sisa tanaman (jerami, tebon, dan sisa hasil panen lainnya)
tidak dikembalikan lagi ke lahan tetapi dianjurkan untuk dibakar (agar
praktis) sehingga terjadi pemangkasan siklus hara dalam ekosistem
pertanian. Bahan sisa hasil panen ataupun limbah organik lainnya harus
dimanfaatkan atau dikembalikan lagi ke lahan pertanian agar lahan
pertanian kita dapat lestari berproduksi sehingga sistem pertanian
berkelanjutan dapat terwujud.
BAB II
TEKNIK BUDIDAYA ORGANIK
Teknik
Budidaya merupakan bagian dari kegiatan agribisnis harus berorientasi
pada permintaan pasar. Paradigma agribisnis : bukan Bagaimana memasarkan
produk yang dihasilkan, tapi Bagaimana menghasilkan produk yang dapat
dipasarkan. Terkait dengan itu, teknik budidaya harus mempunyai daya
saing dan teknologi yang unggul. Usaha budidaya organik tidak bisa
dikelola asal - asalan, tetapi harus secara profesional. Ini berarti
pengelola usaha ini harus mengenal betul apa yang dikerjakannya, mampu
membaca situasi dan kondisi serta inovatif dan kreatif. Berkaitan dengan
pasar (market), tentunya usaha agribisnis harus dilakukan dengan
perencanaan yang baik dan berlanjut, agar produk yang telah dikenal
pasar dapat menguasai dan mengatur pedagang perantara bahkan konsumen
dan bukan sebaliknya.
Teknik budidaya organik merupakan teknik
budidaya yang aman, lestari dan mensejahterakan petani dan konsumen.
Berbagai sayuran khususnya untuk dataran tinggi, yang sudah biasa
dibudidayakan dengan sistem pertanian organik, diantaranya : Kubis
(Brassica oleraceae var. capitata L.), Brokoli (Brassica oleraceae var.
italica Plenk.), Bunga kol (Brassica oleraceae var. brotritys.), Andewi
(Chicorium endive), Lettuce (Lactuca sativa), Kentang (Solanum tuberosum
L.), Wortel. (Daucus carota).
Sayuran ini, mengandung vitamin
dan serat yang cukup tinggi disamping juga mengandung antioksidan yang
dipercaya dapat menghambat sel kanker. Semua jenis tanaman ini ditanam
secara terus menerus setiap minggu, namun ada juga beberapa jenis
tanaman seperti kacang merah (Vigna sp.), kacang babi (Ficia faba), Sawi
(Brassica sp) yang ditanam pada saat tertentu saja sekaligus
dimanfaatkan sebagai pupuk hijau dan pengalih hama. Ada juga tanaman
lain yang ditanam untuk tanaman reppelent (penolak) karena aromanya
misalnya Adas.
2.1. Sejarah Singkat Bayam (Amaranthus spp)
Bayam
merupakan tanaman sayuran yang dikenal dengan nama ilmiah Amaranthus
spp. Kata "amaranth" dalam bahasa Yunani berarti "everlasting" (abadi).
Tanaman bayam berasal dari daerah Amerika tropik. Tanaman bayam semula
dikenal sebagai tumbuhan hias. Dalam perkembangan selanjutnya. Tanaman
bayam dipromosikan sebagai bahan pangan sumber protein, terutama untuk
negara-negara berkembang. Diduga tanaman bayam masuk ke Indonesia pada
abad XIX ketika lalu lintas perdagangan orang luar negeri masuk ke
wilayah Indonesia.
2.2. Sentra Penanaman
Pusat penanaman bayam
di Indonesia adalah Jawa Barat (4.273 hektar), Jawa Tengah (3.479
hektar), dan Jawa Timur (3.022 hektar). Propinsi lainnya berada pada
kisaran luas panen antara 13.0 - 2.376 hektar. Di Indonesia total luas
panen bayam mencapai 31.981 hektar atau menempati urutan ke-11 dari 18
jenis sayuran komersial yang dibudidayakan dan dihasilkan oleh
Indonesia. Produk bayam nasional sebesar 72.369 ton atau rata-rata 22,63
kuintal per hektar.
2.3. Jenis Tanaman
Keluarga Amaranthaceae
memiliki sekitar 60 genera, terbagi dalam sekitar 800 spesies bayam
(Grubben, 1976). Dalam kenyataan di lapangan, penggolongan jenis bayam
dibedakan atas 2 macam, yaitu bayam liar dan bayam budidaya. Bayam liar
dikenal 2 jenis, yaitu bayam tanah (A. blitum L.) dan bayam berduri (A.
spinosus L.). Ciri utama bayam liar adalah batangnya berwarna merah dan
daunnya kaku (kasap).
Jenis bayam budidaya dibedakan 2 macam, yaitu:
a.
Bayam cabut atau bayam sekul alias bayam putih (A. tricolor L.). Ciri -
ciri bayam cabut adalah memiliki batang berwarna kemerah-merahan atau
hijau keputih - putihan, dan memilki bunga yang keluar dari ketiak
cabang. Bayam cabut yang batangnya merah disebut bayam merah, sedangkan
yang batangnya putih disebut bayam putih.
b. Bayam tahun, bayam skop
atau bayam kakap (A. hybridus L.). Ciri - ciri bayam ini adalah memiliki
daun lebar - lebar, yang dibedakan atas 2 spesies yaitu:
1) hybridus
caudatus L., memiliki daun agak panjang dengan ujung runcing, berwarna
hijau kemerah - merahan atau merah tua, dan bunganya tersusun dalam
rangkaian panjang terkumpul pada ujung batang.
2) hibridus
paniculatus L., mempunyai dasar daun yang lebar sekali, berwarna hijau,
rangkaian bunga panjang tersusun secara teratur dan besar - besar pada
ketiak daun.
Varietas bayam unggul ada 7 macam yaitu; varietas Giri
Hijau, Giti Merah, Maksi, Raja, Betawi, Skop, dan Hijau. Sedangkan
beberapa varietas bayam cabut unggul adalah Cempaka 10 dan Cempaka 20.
2.4. Manfaat Tanaman
Bayam
merupakan bahan sayuran daun yang bergizi tinggi dan digemari oleh
semua lapisan masyarakat. Daun bayam dapat dibuat berbagai sayur mayur,
bahkan disajikan sebagai hidangan mewah (elit). Di beberapa negara
berkembang bayam dipromosikan sebagai sumber protein nabati, karena
berfungsi ganda bagi pemenuhan kebutuhan gizi maupun pelayanan kesehatan
masyarakat.
Manfaat lainnya adalah sebagai bahan obat
tradisional, dan juga untuk kecantikan. Akar bayam merah dapat digunakan
sebagai obat penyembuh sakit disentr. Daun dan bunga bayam duri
berkhasiat untuk mengobati penyakit asma dan eksim. Bahkan sampai batas
tertentu, bayam dapat mengatasi berbagai jenis penyakit dalam. Untuk
tujuan pengobatan luar, bayam dapat dijadikan bahan kosmetik
(kecantikan). Biji bayam digunakan untuk bahan makanan dan obat -
obatan. Biji bayam dapat dimanfaatkan sebagai pencampur penyeling terigu
dalam pembuatan roti atau dibuat bubur biji bayam. Ekstrak biji bayam
berkhasiat sebagai obat keputihan dan pendarahan yang berlebihan pada
wanita yang sedang haid.
2.5. Syarat Pertumbuhan
a. Iklim
1)
Keadaan angin yang terlalu kencang dapat merusak tanaman bayam
khususnya untuk bayam yang sudah tinggi. Kencangnya angin dapat
merobohkan tanaman.
2) Karena tanaman bayam cocok ditanam di dataran
tinggi maka curah hujannya juga termasuk tinggi sebagai syarat
pertumbuhannya. Curah hujannya bisa mencapai lebih dari 1.500 mm /
tahun.
3) Tanaman bayam memerlukan cahaya matahari penuh. Kebutuhan
akan sinar matahari untuk tanaman bayam cukup besar. Pada tempat yang
terlindungi (ternaungi), pertumbuhan bayam
4) Suhu udara yang sesuai untuk tanaman bayam berkisar antara 16 - 20 derajat Celcius.
5) Kelembaban udara yang cocok untuk tanaman bayam antara 40 - 60%.
2.6. Media Tanam
a.
Tanaman bayam menghendaki tanah yang gembur dan subur. Jenis tanah yang
sesuai untuk tanaman bayam adalah yang penting kandungan haranya
terpenuhi.
b. Tanaman bayam termasuk peka terhadap pH tanah. Bila pH
tanah di atas 7 (alkalis), pertumbuhan daun-daun muda (pucuk) akan
memucat putih kekuning - kuningan (klorosis). Sebaliknya pada pH di
bawah 6 (asam), pertumbuhan bayam akan merana akibat kekurangan beberapa
unsur. Sehingga pH tanah yang cocok adalah antara 6 - 7.
c. Tanaman
bayam sangat reaktif dengan ketersediaan air di dalam tanah. Bayam
termasuk tanaman yang membutuhkan air yang cukup untuk pertumbuhannnya.
Bayam yang kekurangan air akan terlihat layu dan terganggu
pertumbuhannya. Penanaman bayam dianjurkan pada awal musim hujan atau
akhir musim kemarau.
d. Kelerengan lahan untuk budidaya tanaman bayam adalah sekitar 15 - 45 derajat.
2.7. Ketinggian Tempat
Dataran tinggi merupakan tempat yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman bayam. Ketinggian tempat yang baik yaitu ±2000 m dpl.
2.8. Pembibitan
a. Persyaratan Benih
1) berasal dari induk yang sehat,
2) bebas dari hama / penyakit,
3) daya kecambah 80 prosen, dan
4) memiliki kemurnian benih yang tinggi.
Disamping
persyaratan seperti yang disebutkan diatas, benih / bibit yang
digunakan kalau bisa merupakan benih unggul agar nantinya tahan terhadap
hama dan penyakit.
b. Penyiapan Benih
Benih Bayam sayur yang
ditanam petani kebanyakan swadaya dari tanaman terdahulu yang sengaja
dibiarkan tumbuh terus untuk produksi biji. Keperluan benih untuk lahan 1
hektar berkisar antara 5 - 10 kg, atau 0,5 - 1,0 gram per m2 luas
lahan. Biji dipanen pada waktu musim kemarau dan hanya dipilih tandan
yang sudah tua (masak). Tandan harus dijemur beberapa hari, kemudian
biji dirontokkan dari tandan dan dipisahkan dari sisa - sisa tanaman.
Untuk memproduksi bibit bagi satu hektar kebun yang berisi 25000 - 40000
tanaman, kemungkinan dibutuhkan sekitar 1 - 2 kg benih.
c. Teknik Penyemaian Benih
Lahan
untuk pembibitan dipilih yang lebih tinggi dari sekitarnya dan bebas
dari hama dan penyakit tanaman maupun gulma. Pembibitan diberi atap
plastik atau atap jerami padi. Benih bayam disebar merata atau berbaris -
baris pada tanah persemaian dan ditutup dengan selapis tanah tipis.
d. Pemeliharaan Pembibitan / Penyemaian
Dalam
pemeliharaan benih / bibit perlu dilakukan penyiraman dengan teratur
dan hati-hati. Tanah yang digunakan juga perlu dipupuk agar kesuburannya
tetap terjaga. Pupuk yang digunakan sebaiknya pupuk kandang. Setelah
bibit tumbuh dan ada benih yang terserang hama / penyakit maka perlu
disemprot dengan pestisida dengan dosis rendah.
e. Pemindahan Bibit
Setelah
bibit tumbuh berumur sekitar 7 - 14 hari, bibit dipindah-tanam ke dalam
pot-pot yang terbuat daun pisang atau kantong plastik es mambo yang
sebelumnya telah diisi dengan medium tumbuh campuran tanah dan pupuk
organik yang halus (1:1). Bibit dalam pot disiram teratur dan setelah
berumur sekitar 7 - 14 hari setelah dipotkan, bibit tersebut telah siap
untuk dipindah-tanam ke lapangan.
2.9. Pengolahan Media Tanam
a. Persiapan
Sebelum
pengolahan lahan dilakukan perlu diketahui terlebih dahulu pH tanah
yang sesuai yaitu antara 6 - 7 sehingga perlu dilakukan pengukuran
dengan menggunakan pH-meter. Selanjutnya menganalisis tanah yang cocok
untuk tanaman bayam, apakah perlu dilakukan pemupukan atau tidak. Kapan
tanaman akan ditanam dan sebaiknya pada awal musim hujan atau akhir
musim kemarau. Berapa luas lahan yang akan ditanami dan akan melakukan
sistem polikultur atau monokultur. Dan berapa banyak kebutuhan benih
untuk dapat memenuhi produk bayam yang diinginkan.
b. Pembukaan Lahan
Lahan
yang akan ditanami dicangkul / dibajak sedalam 30 - 40 cm, bongkah
tanah dipecah gulma dan seluruh sisa tanaman diangkat dan disingkirkan
lalu diratakan. Lahan kemudian dibiarkan selama beberapa waktu agar
tanah matang benar.
c. Pembentukan Bedengan
Setelah tahap
pencangkulan kemudian dibuat bedengan dengan lebar sekitar 120 cm atau
160 cm, tergantung jumlah populasi tanaman yang akan ditanam nanti.
Dibuat parit antar bedengan selebar 20 - 30 cm, kedalaman 30 cm untuk
drainase. Pada bedengan dibuat lubang - lubang tanam, jarak antar
barisan 60-80 cm, jarak antar lubang (dalam barisan) 40-50 cm.
d. Pengapuran
Apabila
pH tanah terlalu rendah maka diperlukan pengapuran untuk menaikkannya.
Pengapuran dapat menggunakan kapur pertanian atau Calcit maupun Dolomit.
Pada tipe tanah pasir sampai pasir berlempung yang pH-nya 5,5
diperlukan ± 988 kg kapur pertanian / ha untuk menaikkan pH menjadi 6,5.
Kisaran kebutuhan kapur pertanian pada tanah lempung berpasir hingga
liat berlempung ialah antara 1.730 - 4.493 kg / hektar. Sebaliknya,
untuk menurunkan pH tanah, dapat digunakan tepung Belerang (S) atau
Gipsum, biasa sekitar 6 ton / hektar. Cara pemberiannya, bahan - bahan
tersebut disebar merata dan dicampur dengan tanah minimal sebulan
sebelum tanam.
e. Pemupukan
Pemupukan awal menggunakan pupuk
kandang yang telah masak. Waktu pemupukan dilakukan satu minggu atau dua
minggu sebelum tanam. Cara pemupukan adalah dengan disebarkan merata
diatas bedengan kemudian diaduk dengan tanah lapisan atas. Untuk
pemupukan yang diberikan per lubanng tanam, cara pemberiannya dilakukan
dengan memasukkan pupuk ke dalam lubang tanam. Dosis pemberian pupuk
dasar disesuaikan dengan jenis tanaman dan keadaan lahan. Akan tetapi
dosis untuk pupuk kandang sekitar 10 ton per hektar. Pemupukan per
lubang tanam biasanya diperlukan sekitar 1 - 2 kg per lubang tanam.
f. Pemberian Mulsa
Untuk
memperoleh hasil produksi yang berkualitas baik maka di dalam penanaman
perlu dipasang palstik perak-hitam sebagai mulsa. Dengan penggunaan
plastik ini dapat mengurangi serangan hama dan penyakit termasuk
gangguan gulma dan lainnya.
2.10. Teknik Penanaman
a. Penentuan Pola Tanam
Jarak
tanam untuk tanaman bayam adalah antara 60 cm x 50 cm atau 80 cm x 40
cm. Jarak tanam tersebut dapat divariasikan sesuai dengan tingkat
kesuburan tanah dan jenis bayam sehingga populasi tanaman per hektar
berkisar antara 30.000 - 60.000 tanaman. Pola tanam untuk bayam cabut
adalah monokultur. Dalam satu hamparan lahan biasanya ditanam berbagai
jenis tanaman dengan pola mosaik (perca), yaitu berbagai tanaman ditanam
monokultur pada petak - petak tersendiri. Tanaman lainnya tadi antara
lain seperti kakngkung (darat), selada, lobak, paria, kemangi dan
sayuran lalapan lainnya.
b. Pembuatan Lubang Tanam
Lubang
tanam dapat dibuat dengan menggunakan alat kayu dengan cara di
pukul-pukul sehingga membentuk lubang. Jarak antara barisan adalah 60 -
80 cm dan jarak antar lubang (antar barisan) 40 - 50 cm.
c. Cara Penanaman
Penanaman
dapat langsung di lapangan tanpa penyemaian atau dengan penyemaian
terlebih dahulu. Apabila tanpa penyemaian maka biji bayam dicampur abu
disebarkan langsung di atas bedengan menurut barisan pada jarak antar
barisan 20 cm dan arahnya membujur dari Barat ke Timur. Setelah
disebarkan benih segera ditutup dengan tanah halus dan disiram hingga
cukup basah. Waktu penanaman paling baik adalah pada awal musim hujan.
Dengan penyemaian maka tanaman dapat tumbuh dengan lebih baik karena
benih diperoleh dengan cara seleksi untuk ditanam.
2.11. Pemeliharaan Tanaman
a. Penjarangan dan Penyulaman
Apabila
sewaktu menyebar benih secara langsung di lapangan tidak merata maka
akan terjadi pertumbuhan yang mengelompok (rapat) sehingga
pertumbuhannya terhambat karena saling bersaing satu sama lain. Oleh
karena itu perlu dilakukan penjarangan sekaligus sebagai panen pertama.
Apabila tanaman bayam dihasilkan dari benih yang disemai maka setelah
penanaman di lapangan ada yang mati / terserang penyakit, maka perlu
dilakukan penyulaman dengan mengganti tanaman dengan yang baru. Caranya
dengan mencabut dan apabila terserang penyakit segera dimusnahkan agar
tidak menular ke tanaman lainnya. Penyulaman dapat dilakukan seminggu
setelah tanam.
b. Penyiangan
Penyiangan dilakukan apabila
muncul gulma tanaman Gelang (Portulaca oleracea) dan rumput liar
lainnya. Kehadiran gulma gelang dapat menurunkan produksi bayam antara
30 - 65%. Penyiangan dilakukan bersamaan dengan penggemburan tanah. Alat
yang digunakan dalam penyiangan dapat berupa cangkul kecil atau sabit.
Caranya dengan dicangkul untuk mencabut gulma atau langsung dicabut
dengan tangan. Disamping itu pencangkulan dilakukan untuk menggemburkan
tanah.
c. Pembubunan
Proses pembubunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan.
d. Perempalan
Apabila
perawakan tanaman terlalu subur, mungkin perlu dilakukan perempalan
tunas - tunas liar dan pemasangan ajir / turus untuk memperkuat tegaknya
tanaman agar tidak rebah.
e. Pemupukan
Pemupukan dilakukan
dengan menggunakan pupuk organik, untuk tiap lubang calon tanaman
sekitar 0,4 - 0,8 kg. Dengan demikian kuantum pupuk organik akan
berkisar 15 - 30 ton
(http://Cerianet-agricultur.blogspot.com/2008/12/budidaya-bayam.html)
Karena
bercocok tanam secara organik tidak menggunakan pupuk sintetis, sebagai
gantinya mereka mengandalkan metode alami, seperti kompos dan mengganti
tanaman jenis panen, seperti tanaman polong. Sayangnya, kompos tidak
dapat mencukupi pengembalian nitrogen ke dalam tanah guna menumbuhkan
sejumlah besar tanaman yang diperlukan untuk memberi makan pada ternak
dunia.
Mengganti tanaman dengan jenis panen sebetulnya adalah
sangat menjanjikan, namun banyak petani tidak mampu menanam tanaman yang
mereka sendiri tidak mampu menjualnya. Meskipun beberapa jenis tanaman
polong dapat dikonsumsi, namun jenis paling baik dalam memproduksi
nitrogen justru dari jenis yang tidak bisa dimakan
(http://erabaru.net/kesehatan/34-kesehatan/1913-beralih-ke-organik-sebanding-harganya)
f. Pengairan dan Penyiraman
Pada
fase awal pertumbuhan, sebaiknya penyiraman dilakukan rutin dan
intensif 1 - 2 kali sehari, terutama di musim kemarau. Waktu yang paling
baik untuk menyiram tanaman bayam adalah pagi atau sore hari, dengan
menggunakan alat bantu gembor (emrat) agar air siramannya merata
(http://cerianet-agricultur.blogspot.com/2008/12/budidaya-bayam.html).
g. Waktu Penyemprotan Pestisida
Jenis
pestisida yang digunakan pada budidaya tanaman bayam secara organik
adalah daun Mindi yang mengandung margosin, glikosdida flafonoid untuk
mengendalikan ulat grayak dan kutu daun, Surian yang daun dan kulit
batangnya berfungsi untuk mengendalikan hama ulat, tungau dan lain-lain.
Sedangkan untuk mengendalikan penyakit bisa digunkan bunga Camomil
(Chamaemelum spp). Pengaplikasian dengan menggunakan 60 cc untuk 1 lt
air, disemprotkan ke tanaman yang terkena hama pada daun dan batangnya 1
minggu 1 kali (google search: pembuatan pestisida alami, Blog Lesman).
Penyemprotan
dilakukan dengan menggunakan alat penyemprot berupa tangki sprayer.
Cara penyemprotan yaitu jangan dilakukan ketika angin bertiup kencang
dan jangan menentang arah datangnya angin. Jangan melakukan penyemprotan
pada saat akan hujan dan sebaiknya dicampurkan bahan perekat. Waktu
penyemprotan dilakukan pada pagi hari benar atau sore hari ketika udara
masih tenang. Hal tersebut untuk menghindari matinya lebah atau serangga
lainnya yang menguntungkan.
2.12. Hama dan Penyakit
a. Hama
1) Serangga ulat daun (Spodoptera Plusia Hymenia)
Gejala: daun berlubang - lubang. Pengendalian: pestisida / cukup dengan menggoyangkan tanaman.
2) Serangga kutu daun (Myzus persicae Thrips sp.)
Gejala: daun rusak, berlubang dan layu. Pengendalian: pestisida / cukup dengan menggoyangkan tanaman.
3) Serangga tungau (Polyphagotarsonemus latus)
Gejala: daun rusak, berlubang dan layu. Pengendalian: pestisida / cukup dengan menggoyangkan tanaman.
4) Serangga lalat (Liriomyza sp.)
Gejala: daun rusak, berlubang dan layu. Pengendalian: pestisida / cukup dengan menggoyangkan tanaman.
b. Penyakit
1) Rebah kecambah
Penyebab: cendawan Phytium sp. Gejala: menginfeksi batang daun maupun batang daun. Pengendalian: Fungisida
2) Busuk basah
Penyebab:
cendawan Rhizoctonia sp. Gejala: adanya bercak - bercak putih.
Pengendalian: sama dengan pengendalian penyakit rebah kecambah.
3) Karat putih
Penyebab:
cendawan Choanephora sp. Gejala: menginfeksi batang daun dan daunnya.
Pengendalian: sama dengan pengendalian penyakit rebah kecambah.
c. Gulma
Jenis
gulma: rumput - rumputan, alang-alang. Ciri - ciri: tumbuh mengganggu
tanaman budidaya. Gejala: lahan banyak ditumbuhi pemila liar.
Pencegahan: herbisida.
2.13. Panen
a. Ciri dan Umur Panen
Ciri-ciri
bayam cabut siap panen adalah umur tanaman antara 25 - 35 hari setelah
tanam. Tinggi tanaman antara 15 - 20 cm dan belum berbunga. Waktu panen
yang paling baik adalah pagi atau sore hari, saat suhu udara tidak
terlalu tinggi.
b. Cara Panen
Cara panennya adalah dengan
mencabut seluruh bagian tanaman dengan memilih tanaman yang sudah
optimal. Tanaman yang masih kecil diberi kesempatan untuk tumbuh
membesar, sehingga panen bayam identik dengan penjarangan.
c. Periode Panen
Panen
pertama dilakukan mulai umur 25 - 30 hari setelah tanam, kemudian panen
berikutnya adalah 3-5 hari sekali. Tanaman yang sudah berumur 35 hari
harus dipanen seluruhnya, karena bila melampaui umur tersebut
kualitasnya menurun atau rendah; daun - daunnya menjadi kasar dan
tanaman telah berbunga.
d. Prakiraan Produksi
Produksi bayam per hektar dapat mencapai sekitar 22.630 kg.
e. Pascapanen
1) Pengumpulan
Pengumpulan
dilakukan setelah panen dengan cara meletakkan di suatu tempat yang
teduh agar tidak terkena sinar matahari langsung, karena dapat membuat
daun layu.
2) Penyortiran dan Penggolongan
Penyortiran
dilakukan dengan memisahkan bayam yang busuk dan rusak dengan bayam yang
baik dan segar. Disamping itu juga penggolongan terhadap bayam yang
daunnya besar dan yang daunnya kecil. Setelah itu diikat besar - besar
maupun langsung degan ukuran ibu jari.
3) Penyimpanan
Penyimpanan
untuk menjaga kesegaran bayam dapat diperpanjang dari 12 jam tempat
terbuka (suhu kamar) menjadi 12 - 14 hari dengan perlakuan suhu dingin
mendekati 0 derajat C, misalnya dengan remukan es.
4) Pengemasan dan Pengangkutan
Pengemasan
(pewadahan) dalam telombong atau dedaunan yang digulungkan menyelimuti
seluruh bagian bayam, sehingga terhindar dari pengaruh langsung sinar
matahari. Pengangkutan ke pasar dengan cara dipikul maupun angkutan
lainnya, seperti mobil atau gerobak.
5) Pencucian
Pencucian hasil panen pada air yang mengalir dan bersih, atau air yang disemprotkan melalui selang maupun pancuran.
6) Penanganan Lain
Bayam
dapat diolah menjadi berbagai jenis masakan. Sewaktu memasak bayam
ialah tidak boleh terlalu lama. Bayam cukup hanya direbus selama ± 5
menit. Memasak bayam terlalu lama akan menyebabkan daun-daunnya menjadi
hancur (lonyoh), rasanya tidak enak, dan kandungan vitamin C nya
menghilang (menguap)
(http://cerianet-agricultur.blogspot.com/2008/12/budidaya-bayam.html)
BAB III
PERMASALAHAN SEPUTAR PERTANIAN ORGANIK
3.1. Penyediaan pupuk organik
Permasalahan
pertanian organik di Indonesia sejalan dengan perkembangan pertanian
organik itu sendiri. Pertanian organik mutlak memerlukan pupuk organik
sebagai sumber hara utama. Dalam sistem pertanian organik, ketersediaan
hara bagi tanaman harus berasal dari pupuk organik. Padahal dalam pupuk
organik tersebut kandungan hara per satuan berat kering bahan jauh
dibawah realis hara yang dihasilkan oleh pupuk anorganik, seperti Urea,
TSP dan KCl.
3.2. Teknologi pendukung
Setelah masalah
penyediaan pupuk organik, masalah utama yang lain adalah teknologi
budidaya pertanian organik itu sendiri. Teknik bercocok tanam yang benar
seperti pemilihan rotasi tanaman dengan mempertimbangkan efek
allelopati dan pemutusan siklus hidup hama perlu diketahui. Pengetahuan
akan tanaman yang dapat menyumbangkan hara tanaman seperti legum sebagai
tanaman penyumbang Nitrogen dan unsur hara lainnya sangatlah membantu
untuk kelestarian lahan pertanian organik. Selain itu teknologi
pencegahan hama dan penyakit juga sangat diperlukan, terutama pada
pembudidayaan pertanian organik di musim hujan.
3.3. Pemasaran
Pemasaran
produk organik didalam negeri sampai saat ini hanyalah berdasarkan
kepercayaan kedua belah pihak, konsumen dan produsen. Sedangkan untuk
pemasaran keluar negeri, produk organik Indonesia masih sulit menembus
pasar internasional meskipun sudah ada beberapa pengusaha yang pernah
menembus pasar international tersebut. Kendala utama adalah sertifikasi
produk oleh suatu badan sertifikasi yang sesuai standar suatu negara
yang akan di tuju. Akibat keterbatasan sarana dan prasarana terutama
terkait dengan standar mutu produk, sebagian besar produk pertanian
organik tersebut berbalik memenuhi pasar dalam negeri yang masih
memiliki pangsa pasar cukup luas. Yang banyak terjadi adalah
masing-masing melabel produknya sebagai produk organik, namun
kenyataannya banyak yang masih mencampur pupuk organik dengan pupuk
kimia serta menggunakan sedikit pestisida. Petani yang benar-benar
melaksanakan pertanian organik tentu saja akan merugi dalam hal ini.
Selama
beberapa dasawarsa ini telah terjadi pergeseran pola dan system tanam
pada masyarakat petani kita, sehingga terjadi perubahan dan kerusakan
lingkungan yang bersifat global, tidak hanya pada tanah tetapi juga pada
air dan udara. Dibawah ini merupakan beberapa pengaruh dari kerusakan
lingkungan terhadap berbagai bidang, diantaranya:
a. Kesehatan
Akibat
perubahan lingkungan , berdampak pula pada kesehatan manusia dimana
daya tahan manusia terhadap penyakit semakin menurun, dan timbul jenis –
jenis bakteri dan virus yang baru dan daya tahan bakteri dan virus baru
tersebut relative meningkat terhadap obat.
b. Keadilan dan Perlindungan
Kalau
dibandingkan dengan zaman dahulu , zaman sekarang terjadi penurunan
terhadap kwalitas maupun kwantitas terhadap hasil dari tanaman, sehingga
menimbulkan dampak terhadap pendapatan dari para petani, dimana terjadi
peningkatan modal tapi tidak disertai dengan hasil yang memadai.
Munculnya strain baru hama dan penyakit dari tanaman.
c. Finansial
Selama
ini kita melihat keuntungan dari hasil panen petani tidak seluruhnya
diterima oleh petani, hanya sekitar 20% - 30% hasil dari panen, yang
lain menghilang begitu saja, hal ini diakibatkan oleh kurangnya modal
para petani . Kurangnya bantuan berupa modal dan tehnologi dari
pemerintah maupun kredit Bank.
Dari hasil pengamatan terhadap
keempat hal diatas, kita dapat menyimpulkan apa penyebab perubahan semua
itu, yaitu pengolahan lahan yang tidak sesuai dengan ketentuan,
pemakaian pupuk dan penggunaan pestisida kimia yang tidak sesuai
prosedur, kurang pengetahuan tentang kesehatan lingkungan (google search
: Lembaga Mitra Tani organik).
infonya menarik dan sangat lengkap. i like it bossssss. boleh saya coba
ReplyDeleteiya sama-sama.. semoga bermanfaat ya
ReplyDelete